Monday, January 30, 2012

Homemade Light Box


Saya ingin sekali memiliki Light Box untuk sarana bermain dan bereksplorasi bagi anak-anakku tercinta, jadi saya super senang saat pertama kali melihat ide DIY-nya di 2 blog favorit saya: Teach Preschool dan Play At Home Mom. Alasan yang membuat perealisasiannya tertunda-tunda adalah karena bahan utamanya belum saya miliki, artinya saya HARUS membeli (yang membuat saya ragu). Namun, membayangkan bahwa anak-anakku akan terpana dalam kekaguman dari pengalaman yang unik, serta keasyikan karena pengalaman baru dalam bermain dan bereksplorasi, membuat saya untuk berusaha mewujudkannya.

Kenapa light box untuk anak-anak? 
Menurut Linda Thornton dan Pat Brunton (penulis buku "Making The Most Of Lights and Mirrors") dalam artikel ini, pengalaman dengan cahaya dan bayangan bagi anak-anak akan menumbuhkan rasa kekaguman akan dunia sekitar mereka dan juga menyediakan lingkungan yang 'kaya' untuk memicu keingintahuan alamiah mereka. Dan juga, material-material yang digunakan untuk mengeksplorasi cahaya juga pada dasarnya bersifat memunculkan kesadaran akan estetika dan  penghargaan akan keindahan. 

Saya akhirnya bisa merealisasikan impian saya, dengan membeli sebuah kotak plastik semi-transparan untuk dibuat dijadikan si light box. Waktu yang dihabiskan kira-kira 1 jam untuk mengerjakannya dan saya merasa puas dengan hasilnya. 

Bahan-bahan:
- 1 buah kotak plastik transparan (yang biasa digunakan untuk menyimpan makanan)
- lampu natal/lampu untuk berkemah/emergency light
- kertas perak/alumunium foil/mylar
- kertas putih polos/wax paper
- gunting
- selotip

Cara membuat:
1. Pertama-tama saya lapisi seluruh bagian dalam kotak dengan lapisan kertas perak, fungsinya untuk memantulkan cahaya lampu dan mengunci cahaya di dalam kotak (cahaya tidak banyak 'terbuang' keluar).
2. Kemudian susun lampu diatas permukaan kertas secara merata di dalam kotak.


3. Berhubung bagian tutup kotak plastik yang saya beli kurang buram, jadi saya menggunakan kertas putih yang diukur sesuai dengan luas tutup untuk ditempelkan ke sisi dalam tutup kotak dengan selotip transparan. Keluarkan kabel lampu pada satu sisi kotak, jika memungkinkan potong sedikit bagian kotak untuk memberi tempat bagi kabel lampu --> disinilah keuntungannya menggunakan camping light/lampu berbaterai karena tidak dipusingkan dengan kabel dan sifatnya bisa lebih portabel - tidak harus mencari stop kontak lisrik terdekat ;p
4. Pasang kembali tutup kotak, nyalakan lampu. Selesai deh! sangat simpel dan mudah, tapi memberikan kesenangan berjam-jam!

Selain sebagai hiburan bagi mata, bermain dengan berbagai material di atas light box memungkinkan  pengalaman multi-sensori (visual (benda-benda aneka warna), sentuhan (pasir, beras, garam), bau-bauan (misalnya kelopak bunga segar) - tergantung kreativitas kita, bahkan taktil -coba gunakan bahan makanan (misalnya jelly, gummy bears dll), bahkan juga auditoris - bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh material berupa benda padat - misalnya bunyi kelereng yang dituang kedalam mangkuk kaca dan plastik). Saya pun senang sekali menggabungkannya dengan beberapa latihan motorik halus, seperti menggunakan sendok, buka-tutup wadah, menuang dsb.

Berikut beberapa ide material untuk bereksplorasi dengan light box yang sudah kami coba:

1. Disk warna yang dibuat dari cellophane. Sangat ideal untuk belajar warna dan pencampurannya (warna-warna primer dan warna sekunder).

2. The amazing Water beads :D dan beberapa wadah dan bingkai transparan.






3. Botol-botol transparan berisikan air yang diwarnai, termasuk beberapa koleksi discovery bottles kami.


4. Sebagai sarana mengagumi dan memahami gambar-gambar karya Arvin :)


5. Kelereng dengan warna metalik.


6. Beras yang sudah diwarnai. 


Kami akan terus mencoba berbagai ide-ide materi lain yang nggak kalah seru. Sejauh ini, Water beads masih menjadi material eksplorasi paling jawara bagi anak-anak saya.

Tertarik mencoba? 

Saturday, January 28, 2012

Ide bermain: Rainbow Rice Sensory Bin


Sudah beberapa kali saya mewarnai beras sebelumnya, selain untuk permainan sensorik, biasanya untuk bahan isian I Spy Bottles. Dengan mempertimbangkan bahwa anak-anak saya SUKA SEKALI bermain dengan media ini, simpanan pewarna makanan yang kami miliki dan berbagai ide menarik tentang Rainbow Rice ini (seperti di sini) membuat saya berpikir: "Ini harus dibuat!" dan mendorong saya kembali mewarnai beras-beras yang masih saya simpan dalam spektrum warna pelangi yang indah. 
Cara untuk mewarnai beras ini mudah dan bisa ditemukan dimanapun di internet, saya memakai cara yang sama dengan cara mewarnai pasta yang saya baca di buku Toddler's Busy Book karya Trish Kuffner. Tidak ada acara ukur-ukur, semuanya dituang begitu saja. Bahan-bahan yang harus disiapkan untuk mewarnai beras antara lain:
- ziploc bags
- pewarna makanan (saya juga memakai cat gambarnya anak-anak)
- alkohol
- kertas/koran bekas untuk alas pengeringan (opsional)
Masukkan beras putih ke dalam plastik (saya menggunakan takaran penuh 1 wadah selai bekas untuk ukuran tiap warna). Tuangkan alkohol kira-kira 1 sendok makan, lalu teteskan pewarna makanan/cat 1-6 tetes, sesuai kuatnya warna yang diinginkan. Kocok dan ratakan beras di dalam plastik dengan cara meremas-remas sampai warna terlihat sudah merata semua. Buka, tuangkan beras yang sudah diwarnai ke atas permukaan koran yang disusun di atas nampan, biarkan hingga kering (1-2jam). Jadi deh! Arvin dan Neo suka sekali membantu mengocok dan meremas kantung-kantung plastik berwarna itu! (hitung-hitung, tambahan kesenangan buat mereka...)
Kami berhasil membuat beberapa warna:
- merah (pewarna makanan)
- pink (pewarna makanan)
- oranye (cat merah dan kuning yang dicampur)
- kuning (cat)
- hijau muda (pewarna makanan)
- hijau tua (pasta pandan untuk makanan)
- biru (cat)
- ungu (pewarna makanan)
**TIPS: hasil terbaik adalah yang menggunakan pewarna makanan, baik cair maupun pasta, apabila dibandingkan dengan cat, karena warnanya jauh lebih tajam dan teksturnya tidak bertepung. 
Oh, ya saya menggunakan kira-kira lebih kurang 2 liter beras untuk semua warna ini (saya beli beras dengan harga termurah di toko beras - mengingat berasnya bukan untuk di makan).


Setelah semua beras berwarnanya kering, saya menyusunnya ke dalam sebuah wadah plastik transparan dan menambahkan 2 buah wadah kecil dan 3 buah sendok yang dibentuk sebagai wajah senyum yang saya harap bagi anak-anak meneriakkan kata-kata seperti; "Yuhuuu! ayo main!". Hihi. 
Sesungguhnya kami punya 2 nuansa warna hijau, tapi karena keterbatasan tempat di kotak, saya hanya menuangkan 1 warna hijau (belakangan saat beras sudah tercampur, kami menambahkan si hijau muda ke dalam kotak). 


Dan permainan pun di mulai,....
Inisiasi awal. 
Saya (belajar dari pengalaman sebelumnya), menaruh alas selimut yang cukup lebar untuk mencegah sakit hati dan kelelahan membersihkan butiran-butiran beras yang tercecer kemana-mana sebagai konsekuensi dari serunya permainan ;p
Saya menaruh box plastik tertutup berisi rainbow rice di hadapan mereka. Saya juga menyediakan atu lagi nampan plastik di dekat mereka (lagi-lagi berdasarkan pengalaman), untuk mencegah siapa tahu ada perebutan area bermain nantinya.  Keduanya berseru, "Wow...". Neo berteriak seru "Main beras!" 

Tutup dibuka.
Neo langsung mengambil sendok merah favoritnya sambil berkata: "sendok Neo!" dan mulai menyendok beras berwarna biru.

Tak sesuai dugaan.
Saya kira mereka akan 'menggila' dan mengaduk-aduk beras-beras yang tersusun rapi ini dalam aktu kurang dari 2 detik, tapi ternyata Arvin malah mengikuti jejak Neo dan ikut menyendok dengan hati-hati di area yang sama, di beras warna biru. Mumpung susunannya masih rapi, saya manfaatkan untuk menunjuk dan menamai warna-warnanya kepada Neo. 

Kejar-kejaran.
karena merasa tertorialnya terganggu, Neo pindah ke beras warna oranye-kuning, eh, Arvin malah ikutan pindah juga. Hihi. Saya suka sekali melihat anak-anakku dalam perilaku orisinil mereka. 

Instruksi tambahan.
Saya beritahu Arvin dan Neo bahwa boleh-boleh aja kok untuk mencampur aduk berasnya. Mereka cuma mengangguk dan Neo menjawab singkat, "Iya, ma." Arvin segera menarik kotak plastik kosong yang saya sediakan, mendekatkannya dan mulai menuangkan beras ke dalamnya. Nampaknya mulai mencoba membangun teritorialnya sendiri. 

Alat tambahan.
Neo mulai menambahkan tangannya ke dalam permainan (saya sudah tunggu-tunggu dari tadi!) mengingat tujuan permainan ini adalah pengalaman sensori menyentuh dan memanipulasi beras dengan tangan. Arvin terus mengisi kotaknya.  

Jari-jari kecil mulai menyisir, menepuk dan meremas beras-beras berwarna nan cantik.

Merebut.
Neo mengambil sendok biru yang dipakai Arvin ambil berkata, "Pinjem kak!", Arvin pun tidak berkomentar dan melanjutkan dengan sendok kecil dan beralih ke wadah-wadah kecil yang belum tersentuh sejak tadi.  
Alat baru.
Saya menambahkan sebuah wadah kaca ke dalam kotak, Arvin langsung mengambilnya dan menggunakan menggunakannya untuk menciduk sebagian besar beras dan memindahkannya ke kotak miliknya. Haha.. ada invasi nih, saya pikir. 

Menuang.
Dia tampak menikmati sekali mengisi wadah sampai penuh dan menuangnya hingga berulang-ulang. Sepertinya kegiatan ini ada efek therapeutiknya juga ya,.. :) Saya suka sekali melihat anak-anak konsentrasi dan serius mengerjakan sesuatu, apa pun itu, termasuk bermain.  

Sesuai dugaan.
Saya sudah menduga pasti dino-dino sahabatnya Arvin akan ikut bergabung dengan kami,... dan saya benar. Para dino pun lalu dikubur di dalam tumpukan beras. 

Tidak lupa para pekerja tambang yang disebut Arvin sebagai para Palaeontologist yang sedang menggali fosil dinosaurus. Imajinasi mulai ikut bermain. 

Di luar kotak.
Neo yang tidak menunjukkan ketertarikan untuk menyertai para dino dalam permainannya pun  segera menemukan bahwa menuang beras DI LUAR kotak dan ke atas kakinya itu jauh lebih menyenangkan! (untung ada selimut,.. ;D)

Rainbow rain.
Saya mengajak Neo untuk merasakan "Rainbow rain" di telapak tangannya. Arvin pun menuangkan beras di telapak tangan kami.

Neo suka sekali merasakan jatuhnya butiran beras di kulitnya dan berulang kali meminta Arvin menuang beras ke telapak tangannya, berkali-kali juga Arvin menuruti dan melakukannya (yang artinya meninggalkan dulu penggalian fossil dino-nya yang sangat penting itu..) Ah, senangnya mama melihat kedua krucils main bersama begini. It made my day. 
Permainan terus berlangsung dengan seru, namun saya melihat berapa lama waktu yang kami habiskan untuk bermain. Di akhir permainan, kami memasukkan kembali beras-beras yang bereceran di selimut ke dalam wadah dan saya memberi Neo sapu dan serokan kecil untuk membantu membersihkan. "Sapu sapu.." pekiknya kegirangan, meskipun tidak banyak beras yang berhasil dia bereskan.. hehehe. 


Setelah selesai bermain, saya menyimpan rainbow rice ke dalam toples plastik besar untuk digunakan di lain waktu dan agar menjaga beras tidak kotor dan berdebu bila dibiarkan di dalam kotak saja. Alasan lainnya agar beras bisa disimpan di dalam lemari agar dikeluarkan sewaktu-waktu dan mencegah kebosanan anak. Kalau anak-anak sudah bosan nanti, bisa dipakai untuk isian I Spy Bottle lainnya (warna yang banyak tentu akan sedikit menambah kesulitannya) dan juga pengganti glitter untuk art & craft. 

Happy Playing! :D

Saturday, January 21, 2012

Ide kegiatan anak: "What to do?" Can

Saya menemukan banyak sekali ide tentang "Bored Jar" yaitu sebuah wadah yang berisikan ide-ide kegiatan untuk anak mana kala anak mengeluh "Aku bosan! (I'm bored!)" terutama di hari-hari liburan panjang. Beberapa ide bisa dilihat di sini  dan di sini. Saya suka dengan konsep yang ada dalam bored jar ini, meskipun untungnya sampai hari ini saya belum pernah mendengar Arvin mengeluh bosan atau kehabisan ide mau melakukan apa. Jadi saya pun membuatnya tapi dengan nama "What to do?" Can. Karena menurut saya nama bored jar itu kesannya agak negatif dan malah akan mempengaruhi Arvin untuk justru mengatakannya, jadi lebih baik membuatnya  penasaran dan bersemangat atau menulis sesuatu yang sifatnya 'mengundang' bagi anak.

Tujuan saya membuatnya tak lain justru ingin memberikan variasi kegiatan bagi Arvin, karena ia cenderung monoton dan kalau sedang suka-sukanya dengan satu kegiatan (misalnya, menggambar) ia akan HANYA melakukan hal itu saja sepanjang hari. Saya juga bermaksud agar beberapa mainan yang lama tidak disentuh atau sudah terlupakan bisa 'dihidupkan kembali' dengan menyebutkan mereka di dalamnya. Tujuan lainnya adalah agar Arvin bisa mencoba berbagai hal baru yang mungkin bila saya ajak langsung, ia belum tentu mau melakukannya. Dan yang tak kalah penting, beberapa ide dalam kaleng yang saya buat, juga berisikan perintah untuk membantu membersihkan dan merapikan rumah. Hehehe, komplit kan? 

Bahan-bahannya sederhana saja, saya membuatnya memakai wadah Pringles bekas (salah satu wadah favorit saya) yang sudah dibersihkan, kertas untuk menuliskan ide-ide, alat tulis, kertas pembungkus kado untuk menghias kaleng dan sedotan (opsional) untuk memasukkan gulungan kertas-kertas ide, supaya ide tidak bisa terbaca dengan mudah karena anak harus mengeluarkan kertas dari sedotan dan kemudian membuka gulungannya. Tujuannya supaya ide yang didapat benar-benar random dan bukan sesuatu yang bisa dipilih sendiri oleh anak. 


Karena jarangnya Arvin merasa bosan dengan apa yang dilakukannya ;p atau merasa perlu ide untuk mengerjakan sesuatu, maka beberapa kali saya justru yang menyarankan Arvin untuk mencoba mengambil 1 ide di dalam kaleng dan mencobanya, terutama bila saya lihat dia cukup santai, PR dan tugas-tugas sudah selesai dan punya waktu luang. Kadang juga bila ia kebetulan melihat si kaleng, ia akan mengambil 1 ide di dalamnya, membacanya, memberitahukan pada saya dan akhirnya melakukan ide tersebut. 

Agar ide yang sama tidak ada kemungkinan berulang-ulang di dapat, sebaiknya setelah dibaca, kertasnya disisihkan dulu di wadah lain supaya ide yang terambil selalu baru dan berbeda. Ini soalnya benar-benar terjadi waktu awalnya saya belum terpikir dan Arvin mendapat ide yang sama sampai 3 kali! (cape' deh!) Nanti kalau semua ide sudah dilakukan, masukkan kembali ide-ide yang sudah dibaca ke dalam kaleng untuk memulai kembali permainannya dari awal. 
Setiap kali saya terpikir ide untuk dimasukkan, saya langsung menuliskannya dan melemparnya ke kaleng. Jadi isinya nampaknya akan terus berkembang dan bertambah ;) 
Adapun beberapa hal yang saya masukkan ke dalam kaleng, antara lain (tidak semua):
- Play outside and blow bubbles with Neo
- Tidy up our room. Put away toys.
- Play tongue twisters with mama.
- Draw a picture using Paint application on the computer.
- Read a book for Neo.
- Dance to  your favorite song.
- Write your name using your butt.
- Read one story in your Bible with mama.
- Play marble run with Neo.
- Go out and see through your kaleidoscope under the sun.
- Solve a math problem.
- Write a short poem about dinosaurs.
- Play dominoes.
- Help mama to put your ironed clothes into the drawers.
- Play a song on your keyboard.
- Play with your car play mat.
dan banyak lagi yang nampaknya akan terus bertambah.

Tertarik mencobanya?

Friday, January 20, 2012

Ide belajar anak usia sekolah: "Can You Describe The Object Inside? Can"

Tidak bisa dipungkiri, kurikulum pelajaran di sekolah yang super padat (dan berjalan super cepat pula) sekarang ini, rasa-rasanya membuat saya "nggak tega" untuk menambahkan materi-materi pelajaran baru kepada Arvin, apalagi sesuatu yang bersifat membosankan dan membuatnya harus membaca banyak tulisan dan sifatnya satu arah. Di usianya sekarang ini, selain sebagian waktunya tersita untuk sekolah, kadang les dari guru, membuat PR dan tugas rumah, selebihnya dihabiskan Arvin untuk menggambar dan membaca buku-buku Dinosaurus (dia sedang getol-getolnya). Saya pun ingin membuat suatu kegiatan harian yang ringan, menyenangkan tapi juga yang terutama bersifat edukasional. Saya juga ingin kegiatan yang menantangnya untuk lebih banyak ngomong dan melatih kemampuan deskriptifnya, yang akhirnya akan menunjang kemampuan berbahasanya. 

Ide yang muncul akhirnya adalah membuat wadah yang isinya diganti setiap hari dan setiap pulang sekolah, Arvin 'wajib' melihat benda apa yang ada di dalamnya dan mendeskripsikan sebanyak-banyaknya tentang obyek tersebut. Lebih seru dilakukan bersama-sama, kadang saya dan Arvin bergantian mendeskripsikan si benda yang ada di dalam kaleng. 

Wadah yang saya gunakan untuk ide ini adalah kaleng bekas susu (tetep dong reduce-reuse-recycle) yang saya minta dari kakak saya :) Dihias dengan sangat simpel (hanya dibungkus dengan kertas kado sisa dan kertas bulat di bagian tutup untuk menuliskan nama kaleng) karena inti dari kaleng ini adalah isinya. Karena alasan yang sama pula, sebaiknya wadah tidak tembus pandang, jadi anak harus membuka wadah untuk melihat obyek di dalamnya.  Oh ya, setiap hari, hanya 1 benda saja.   


Kategori pendeskripsiannya bisa sangat luas, misalnya seperti pada obyek gunting, pada saat Arvin pertama kali mencoba permainan ini, akhirnya pendeskripsiannya menjadi cukup luas. Contoh:
- bahan dasar obyek/terbuat dari apa
- warna obyek
- kegunaannya
- bila ada bagian spesifik, sebutkan nama-nama bagian dari obyek (mata pisau, pegangan,dll)
- nama obyek dalam bahasa-bahasa asing
- tergolong benda padat/cair/gas
- tergolong benda alami atau buatan manusia
- tergolong alat tulis/peralatan makan/dll
- penggunaan benda dalam kalimat/anak menyusun kalimat yang mengandung nama obyek
- bila memungkinkan, demonstrasikan cara memakai obyek
- bagian tubuh mana yang terlibat saat menggunakan obyek tersebut
- obyek termasuk aman dimainkan anak-anak atau tidak
dan tentunya seluas-luasnya tergantung kreativitas kita dan juga anak. Kalau bisa disiapkan sebelumnya, lebih baik lagi misalnya bersama anak bisa mencari tahu tentang sejarah obyek (misalnya membaca tentang sejarah gunting, dimana pertama digunakan, kapan, siapa yang menemukannya dan seterusnya)
Tanpa anak sadari, begitu banyak hal yang bisa dipelajari dan dipahami dari sebuah obyek sederhana saja. Menarik kan? 

Arvin sangat bersemangat karena efek misteri dari permainan ini, dia penasaran tiap hari dengan benda apa yang ada di dalam kaleng dan saya pun tiap hari tertantang untuk memilih benda apa yang akan dimasukkan dan tentunya menyiapkan sedikit bahan dan pemahaman tentang si benda tersebut. 

Ide belajar ini sangat sederhana, tapi pada akhirnya sangat mengasyikkan dan mendidik bagi anak. Saya bersyukur Arvin menikmati permainan ini, karena sesungguhnya, saya pun juga. 


Thursday, January 19, 2012

Permainan sensori buat si 21 bulan

Bulan Januari ini Neo genap 21 bulan ;) mama bersyukur karena Neo sehat-sehat selalu. Belakangan Neo mulai menunjukkan 'taji'nya dalam hal mengekspresikan apa yang dia mau, dia bisa jadi super ngotot dan lebih galak daripada kakak dan mama. Kata-katanya pun sudah mulai membentuk kalimat-kalimat pendek yang semakin mudah dimengerti. Suka sekali menanyakan: "Pain mama?" (baca: ngapain mama?) dan juga kepada penghuni rumah yang lain. Suka menunjukkan pemahamannya tentang suatu topik yang sedang dibicarakan orang lain alias tukang nimbrung! hehe. Juga memerintah: "Mama, gelas taruh sini!" ujarnya sambil menunjuk meja saat mendapati mama menaruh gelas di kursi sehabis minum. "Ma,  Neo mau liat dangdu.." (baca: Ma, neo mau liat dangdut) saat mendengar musik keras odong-odong atau topeng monyet yang lewat di jalan. Dasar si ocil...

Di ulang bulan kali ini, Neo saya kenalkan dengan permainan sensoris yang super asyik (baca: mama dan kakak pun ikutan seru dan ikut main), melengkapi berbagai pengalaman sensorisnya setiap hari. Ide dan resep mewarnai berasnya saya dapat dari buku super keren Toddler's Busy Book karya Trish Kuffner dan mana lagi kalo bukan Pinterest. Kali ini kami mewarnai beras dan cukup dengan tambahan seperti aneka wadah dan sendok, bisa menjadi permainan asyik anti bosan dan anti capek! 

Bermain dengan beras


Jangan tanya kenapa warna pink dipilih untuk mewarnai berasnya, ini tak lain dan tak bukan karena mama salah beli pewarna makanan! hihi maksudnya sih warna merah, tapi jadinya pink.. nggak papa deh, toh Neo nggak protes ;p
Beras memiliki tekstur yang halus dan ringan, sangat menarik untuk dirasakan di kulit kita. Wujudnya yang kecil pun memiliki sifat yang mirip air, yaitu bisa dituang dan dipindahkan ke dalam wadah-wadah dan bentuknya akan menyerupai wadahnya. Sungguh menarik bagi si balita!


Awalnya sediakan alat-alat sederhana seperti cangkir kecil untuk anak menciduk (scooping) beras. Kemudian bertahap mulai tambahkan alat lain, seperti sendok. Sebenarnya saya nggak mengarahkan Neo langsung menggunakan alat-alat, melainkan untuk mengeksplorasi bebas dengan tangan dan jari-jarinya, tapi nampaknya dia lebih tertarik menggunakan alat-alat. 
Sediakan wadah untuk anak memindahkan (transferring) beras, hal ini sangat bagus untuk melatih koordinasi tangan dan mata si kecil. 


Tambahkan corong dan botol plastik kosong untuk tambahan kegiatannya. Neo suka dan serius sekali bermain dengan alat-alat ini. Di mata sang batita semua ini adalah pekerjaan yang penting dan butuh konsentrasinya :)


Kakak Arvin pun ikutan nimbrung saat melihat Neo asyik bermain dengan beras.

Bermain dengan Water beads



Para mommy blogger di luar sana menyebutnya sebagai water beads, tapi di dunia pertanaman biasa disebut dengan Hydrogel. Fungsi utamanya adalah alternatif tanah dan air bagi tanaman (bisa dibeli di toko perlengkapan tanaman). Bila direndam dalam air selama lebih kurang 3 jam, bola-bola kecil ini akan membesar (menyerap air) dan menjadi semacam bola jelly lembut yang kenyal dan membal. Pokoknya super asyik untuk dieksplorasi oleh tangan-tangan kecil yang ingin tahu (mama juga suka banget.. ;p)

Di foto atas, sebenarnya mama belum sempat meniriskan si bola-bola cantik dari air rendamannya tapi sudah keburu dilihat oleh Neo. Dia pun langsung heboh dan tanpa ragu minta untuk memainkannya! yah, sudahlah, lagipula adanya air akan menambah pengalaman sensoris yang lebih kaya buat Neo, langsung mama comot wadah kecil dan 'centong' dari peralatan masak mainan untuk melengkapi permainannya. Kegiatan ini semakin melatih penggunakan peralatan makan Neo, lihat saja, jari-jari kecilnya yang lihai menciduk bola-bola yang licin dari dalam air dan memindahkannya ke wadah kecil. 


Seperti biasa, kakak Arvin tidak mau ketinggalan serunya bermain water beads dan segera bergabung! hitung-hitung latihan untuk belajar berbagi dan bermain bersama untuk Neo (bekerja sama). Serunya bermain hingga si bola-bola cantik pun seringkali terloncat dari kotaknya! :D


Di kesempatan bermain yang berikutnya, water beads sudah ditiriskan, jadi permainan bisa lebih rapi sedikit karena minus air yang nyiprat kemana-mana... hehehe. Asyiknya merasakan bola-bola kecil yang licin dan dingin di permukaan tangan sungguh membuat waktu berlalu dengan cepatnya nggak terasa. Berikut foto beberapa water beads yang kurang beruntung menghadapi serunya intensitas permainan! hihihi. Pecah berantakan. 



Selanjutnya setelah puas bermain, water beads yang cantik  kami simpan di dalam botol kaca dan kakak Arvin memberi ide untuk menaruhnya di depan lampu tidur kami,... wow, indahnya! (multi fungsi nih!) 

Sampai sekarang, dalam hitungan 24jam, sekali atau dua kali Neo selalu meminta bermain dengan water beads-nya. Ini menjadi salah satu barang terlaku di rumah. Benar-benar pembelian barang yang sempurna. Anak-anak senang, mama apalagi :) 

Tuesday, January 17, 2012

Homemade Toy: Play Stove & Oven dari kardus bekas


Minggu lalu kami berkunjung ke rumah sepupunya anak-anak yang juga adalah satu-satunya keponakan perempuan kami. Di sana Arvin dan Neo bermain dengan play kitchen set milik Bella. Sepertinya yang sudah saya duga, mereka suka sekali bermain masak-masakan dan cukup seru hingga terjadi rebut-rebutan yang tak terhindarkan. Memang mereka tidak asing lagi dengan ide main masak-masakan ini (biasanya bermain membuat makanan dengan play dough).

Saya pun terinspirasi untuk membuatkan play stove & oven sendiri buat kedua anak cowokku (ya, saya tidak masalah anak laki-laki main masak-masakan). Ide itu semakin diteguhkan oleh Arvin yang langsung minta dibuatkan. 
Saya awalnya cuma tanya, "Tadi asyik ya kak main kitchen set-nya Bella?". 
Jawabnya, "Iya, Arvin suka. Neo juga." 
Hening sejenak, "Mama bisa buatin kan?". 
Saya cuma senyum. 
Challenge accepted!

Bermain pura-pura (pretend play) adalah salah satu kegiatan bermain dan belajar yang sangat penting bagi anak, karena dapat meningkatkan kompetensi kognitif dan sosial anak (selengkapnya baca di penelitian ini), apalagi saat ini Neo memang sedang dalam fase suka menirukan kegiatan yang dilakukan orang dewasa. Jadi sedapat mungkin kita harus memfasilitasi permainan pura-pura ini, tanpa harus berpikir sempit apalagi hanya karena alasan jenis kelamin anak.  

Bahan-bahan:
- 1 buah kotak kardus (saya pakai bekas air mineral)
- 1-2 gulung kertas pembungkus kado (optional)
- lem
- gunting
- cutter
- tutup botol plastik
- sedotan plastik
- botol plastik bekas
- mangkuk stainless/plastik/melamine
- foam lembaran
- spidol permanen hitam
- tali 20-30 cm
- paku plastik
- plastik lembaran
- electric tape
- selotip/lakban transparan
- alat tulis
- penggaris
- 1 set peralatan masak mainan (atau gunakan alat-alat makan kecil di rumah)
- Botol-botol plastik bekas (diisi dengan air berwarna) sebagai bumbu dan saus

Cara membuat:


1. Pertama-tama, tentukan desain stove dan oven yang diinginkan untuk dibuat di permukaan kotak. Saya berencana membuat stove dan oven mini saja, hanya ada 2 stove supaya ada tempat untuk membuat sebuah washtafel untuk mencuci alat-alat masak. 
Selanjutnya potonglah bagian-bagian yang perlu dipotong menggunakan gunting dan cutter. Saya membuat lubang untuk washtafel (yang dibuat dari sebuah mangkuk stainless yang dimasukkan ke lubang - untuk tampilan yang lebih realistis saja) dan lubang pintu serta lubang jendela untuk ovennya.  Kemudian (lagi-lagi untuk tampilan yang lebih rapi), bungkuslah sekeliling kotak dengan kertas pembungkus kado atau kertas pembungkus lainnya. Berikutnya potonglah dengan rapi kertas pembungkus sesuai dengan lubang-lubang yang sudah dibuat. 


2. Potong lembaran craft foam (bila tidak ada, bisa menggunakan bahan lain) menjadi 2 lingkaran yang akan dibuat menjadi stove. Buat pola lingkaran stove dengan menggunakan spidol permanen hitam, tempelkan pada bagian atas kotak. 
Agar potongan pada pintu oven bisa lebih awet (karena banyaknya gesekan dari gerakan buka-tutup), pinggirannya saya lapisi dengan electric tape hitam. Untuk menghias bagian dalam oven, saya memotong 1 buah lembaran karton bekas (ukur agar sesuai dengan ukuran keliling bagian dalam kotak) dan membungkusnya dengan kertas metalik berwarna perak. 
Untuk membuat kenop stove, saya memakai 2 buah tutup botol plastik bekas dan melubangi bagian tengahnya menggunakan paku dan palu, lalu memasukkan paku plastik ke dalam lubang. Jangan lupa lubangi juga permukaan kotak dan masukkan kenop berpaku supaya kenop bisa benar-benar berputar saat dimainkan (kalau ribet, bisa dilem saja langsung). 


3. Ambil sebuah botol plastik bekas, potong bagian atasnya, gunakan tutup botol plastik yang lebih besar tapi pas di leher botol, lubangi dan masukkan sedotan plastik yang sudah dipotong untuk membuat kerannya. Karena menggunakan tutup botol yang sedikit lebih besar dari leher botol, keran air ini benar-benar bisa diputar oleh anak saat ingin 'menyalakan' keran airnya. Menambahkan pengalaman yang lebih realistis buat anak dibandingkan keran yang tidak bisa berputar.   
Buatlah dua lubang di sisi kotak dan masukkan ujung-ujung  tali ke tiap lubang dan buat simpul di ujung tali. Tali ini dapat berfungsi sebagai tempat untuk menggantung peralatan masak dan juga lap/serbet. 
Tambahkan aksesoris tambahan pada pintu oven, seperti pegangan untuk membuka pintu dan juga tombol-tombol oven di sisi pintu. Oh iya, selain untuk 'memanggang makanan' oven juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan semua peralatan masak-memasak saat sedang tidak dimainkan anak. Praktis kan? 
Pada akhirnya, saya memutuskan untuk melapisi tiap lekukan dan sudut kotak dengan electric tape supaya lebih awet dan juga tampilan yang lebih rapi.  

Berikut foto para krucils (yang sempat mama jepret) sedang sibuk memasak di stove dan oven barunya:

Krucils sempat beberapa kali duluan memainkan si stove meskipun belom selesai dibuat!
Saat Neo sudah tidur, Arvin jadi 'Raja dapur' dan asyik main tanpa harus rebutan :)
Senangnya mama ketika setelah beberapa waktu lamanya setelah sang Play Stove & Oven's grand launching, tahu-tahu para krucils memainkannya lagi! kali ini justru lebih intensif dengan tambahan beberapa detil dan Arvin dan Neo bermain bersama-sama! (tidak terpisah seperti sebelumnya.. yang satu main ketika yang satu tidur atau sekolah).

 Main sama-sama, tapi asyik sendiri-sendiri,.. hehehe.

 Pony beads sukses direkrut jadi bahan makanan, hmm saya jadi dapat ide, makanan mainan homemade mungkin? ;p

Arvin sibuk dengan panci, wajan dan tungkunya,.. sementara...
 Neo masih kurang minat dengan tungku dan ovennya, menurutnya (saat ini), masak itu yah mengaduk-aduk dan menuang-nuang bahan makanan di berbagai wadah... nggak salah juga.

Owh,.. habis masak, semuanya menumpuk di washtafel! hayoo.. siapa yang mau pura-pura cuci piring?? :D

Happy cooking!