Thursday, January 27, 2011

"Good Job!": Makna di balik pujian orang tua kepada anak

Semua orang tua pasti ingin selalu memuji anaknya. Selain karena cinta kita yang tiada tara pada mahluk-mahluk mungil buah hati kita itu dan juga karena memang hal itu penting bagi perkembangan mental anak. Pujian yang baik meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri anak. Bahkan ada pepatah lama yang bunyinya: "Seorang anak diberi makan dengan susu dan pujian." menunjukkan bahwa sama seperti susu (makanan) yang penting untuk menutrisi dan menyehatkan tubuh, pujian atau penghargaan 'menyehatkan' jiwa anak. Kedudukannya setara, yang artinya sama penting dan saling melengkapi dalam keberadaannya.

Saya sendiri sejak membesarkan anak pertama sudah bertekad tidak akan pelit memberikan pujian dan berjanji apabila anak saya layak mendapat pujian, saya mau pastikan dia akan mendapatkannya! Setiap pencapaian, baik besar maupun kecil, saya berusaha menghargai dengan mengatakan, "Good job Arvin!" atau "Wuih, hebat!", atau "Wah bagus ya, keren!", tergantung situasi dan kasusnya, kemungkinan akan dilanjutkan dengan kata-kata seperti, "anak mama pinter banget deh!", atau "siapa dulu dong? Arvin!", atau "see I told ya, you can do it!", atau "Mama is so proud of you!". Kira-kira seputaran itulah. 
Saya merasa puas mengatakan kata-kata tersebut dan yang lebih penting lagi, Arvin selalu menyambut respon saya itu dengan senyum terindah di wajahnya, kadang tersipu, kadang dengan mata berkedip-kedip atau justru mengulangi lagi kata-kata yang saya ucapkan, hanya sekedar demi mengulangi kesenangan di hatinya yang muncul dari mendengar pujian itu. Mungkin ini terdengar seperti hal yang bagus dan gambaran
yang indah. Benarkah?



Refleksi ini muncul waktu beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan memutar kembali rekaman-rekaman video Arvin dari bayi, batita, balita hingga yang lebih baru hingga yang terkini. Sebagian besar video tersebut menunjukkan dokumentasi saya tentang Arvin dan pencapaiannya. Ada yang menunjukkan Arvin di usia 1,5 tahun sedang membaca buku favoritnya bersama saya dan sudah turut 'membaca' kata-kata di buku tersebut karena memang sudah hafal (baca buku itu terus berulang-ulang). 
Saya dengan semangat memuji, "Good job Arvin!". Ada lagi video Arvin yang sudah bisa menunjukkan berbagai ekspresi wajah yang saya minta, kembali saya mendengar pujian yang kurang lebih sama. Sampai loncat beberapa tahun, video Arvin berusia 4 tahun dimana saya merekam pertama kali dia sukses membaca not balok dan memainkan sebuah lagu dari salah satu buku pianonya, saya kembali mendengar pujian dari mulut saya yang bernada sama. Lalu saya mencoba memutar ingatan untuk pujian-pujian yang saya berikan beberapa minggu atau justru hari belakangan ini, Ya ampun! 
Betapa membosankannya saya dan semua pujian "Good job, Arvin!" yang sudah saya katakan mungkin milyaran kali selama 5 tahun ini! Yikes! 

Salah satu faktor penting yang harus kita sadari sebagai orang tua adalah bahwa anak kita bertumbuh dan berkembang setiap harinya, begitu juga dengan kemampuan bahasa dan kognitifnya, anak mampu kok memahami kalimat yang lebih kompleks dari itu.



Dalam segala hal, kreativitas itu mutlak perlu. Begitu pula dengan pujian, seenggaknya itulah 'insight' yang baru saya pahami. Kalau dipikir lagi, kenapa sih saya memuji? Apa fungsinya dan apa yang harus saya lakukan agar pujian itu bermakna bagi anak saya bukannya seperti kata-kata klise yang cuma saya ulang-ulang?

Saya pikir, pujian diberikan karena kita ingin merayakan hal yang baik, positif, menyenangkan atau membanggakan dari anak kita. Kita memuji karena kita ingin anak tahu betapa kita turut bahagia atas apa yang dia lakukan, bahwa kita menghargai usahanya dan pada akhirnya kita jauh di dalam hati berharap ini akan membuat anak merasa senang, bangga, diterima dan yang lebih penting lagi, dicintai.


Sudah waktunya saya harus berusaha untuk lebih spesifik dalam memberikan pujian. Misalnya pada Arvin yang beberapa bulan belakangan mulai mandi sendiri, daripada sekedar bilang, "Good job kakak bisa mandi sendiri!", kita bisa bilang, "Mama bangga sekali lho kakak sudah mandi sendiri. Arvin sudah bisa pake shower puff, bisa buka sendiri pasta giginya, sikat gigi yang bersih, bagus banget kak!". 
Jadi anak dapat gambaran, apa sih sesungguhnya hal bagus yang kita puji itu. Contoh lain, anak menunjukkan PR menulis indah yang sudah dikerjakan, "Wow, tulisan kakak sekarang sudah tambah rapi ya? Sudah nggak miring-miring dan keluar garis lagi! Pasti kakak sering latihan ya..". Jadi nggak semata-mata memilih dari berbagai kata pujian saja (hebat, bagus, keren, oke, mantep dsb), tapi juga menunjukkan bahwa kita senantiasa memperhatikan perkembangannya.


Seringkali pujian juga dimaksudkan untuk memperkuat perilaku yang baik, berarti kita juga harus spesifik dalam pujian itu. Tekankan pada bentuk perilaku baik yang kita sukai itu. Misalnya anak berhasil mengangkat piring dan gelasnya sendiri, selain cuma berkata "good job", kita bisa katakan, "Wah, hebat ya Arvin sudah bisa angkat piring dan gelasnya sendiri ke dapur. Mejanya jadi rapi, nggak ada piring kotor, mama lihat juga hati-hati sekali pegangnya ya?". 
Pujian kita bisa memotivasi anak karena dalam pujian itu jelas bahwa kita menyukai 'perilaku membawa sendiri piring dan gelas ke dapur' karena 'meja jadi rapi' dan juga usaha anak yang 'memegang dengan hati-hati' disebutkan dengan jelas. Hanya segitu kok, kalimat yang sederhana, to the point dan jauh LEBIH BAIK dari pada sekedar "Good job" yang klise dan nggak jelas sebenarnya 'job' mana yang 'good' itu, hehe.

Bentuk lain yang nggak kalah manis dan lebih sederhana adalah dengan mengucapkan terima kasih, terutama bila perilaku yang kita ingin puji adalah berupa bantuan dari anak. Misalnya, saat menggendong adik kita kesulitan membuka pintu dan si kakak membantu membuka pintu untuk kita. Katakan saja, "Terima kasih kakak sudah bukain pintu buat mama sama dedek ya.. Baik banget deh kakak." singkat dan selain memuji kita juga menunjukkan bahwa kita menghargai apa yang telah dilakukan oleh anak. Anak akan mengerti bahwa apa yang dia lakukan itu bagus dan sudah benar. 
Semua orang, tidak hanya anak-anak, tentu akan bereaksi lebih baik terhadap pujian dan kata-kata positif, jadi jangan ragu untuk mengatakannya.



Satu lagi 'dosa' saya dalam memuji anak yang saya sadari apalagi sejak anak kedua lahir dan hari-hari saya dipenuhi dengan tetek bengek urusan bayi, adalah pentingnya kontak mata saat memberikan pujian. 
Seringkali di saat saya sedang sibuk mengganti popok, menyusui atau menidurkan bayi, Arvin akan datang dan menunjukkan hasil gambarnya (hal ini bisa terjadi puluhan kali setiap harinya, karena Arvin SUKA SEKALI menggambar, sampai saya sendiri kadang ngeri dengan begitu banyaknya hasil karya yang bisa dihasilkan dalam seminggu! Bisa dijual kilo-an saking banyaknya!). Dia akan datang sambil memanggil saya, "Mama, mama, liat deh gambar Arvin!". 
Kadang di tengah kesibukan dan kerepotan, saya cuma menjawab sekenanya tanpa benar-benar memperhatikan 'masterpiece'nya itu. Pujian tetap keluar, tapi sepertinya di otak dan mulut saya sudah terinstall semacam software otomatis untuk mengatakan pujian-pujian dan memilihnya dari set direktori kata-kata pujian yang
sudah tersusun rapi. Memikirkan lagi hal ini membuat saya ngeri, kok mama jadi kayak robot ya?



Sedapat mungkin, dalam memberikan penghargaan atas usaha atau hasil kerja anak, berikan juga perhatian yang tak terbagi. Hal ini sangat berpengaruh pada harga diri anak, karena menunjukkan padanya bahwa dia adalah orang yang penting dan berharga untuk kita. Tidak harus menghabiskan waktu lama kok, paling hanya berarti meninggalkan handphone sejenak, beralih dari TV, menaruh setrikaan sebentar, berhenti melipat baju atau mematikan api di kompor sebentar! Pastikan kontak mata sehingga anak yakin kita sungguh-sungguh berminat dan memperhatikannya. Seringkali Arvin ingin menceritakan kisah menyenangkan atau lucu yang terjadi di sekolah, atau apa hal baik yang dia lakukan di sekolah tadi, apabila memang kita sedang dikejar waktu atau melakukan sesuatu yang sangat penting, kita bisa jawab, "Wah, pasti asyik banget ya ceritanya! Coba kamu ceritakan sedikit dulu, soalnya habis itu mama mau masak makan malem buat kita makan ya!". Biarkan anak tahu tentang kondisi
kita tanpa harus sama sekali mengacuhkan kebutuhannya.



Hal lain yang juga penting dalam memuji anak, adalah berikan pujian dengan melibatkan pihak ketiga dan PASTIKAN anak mendengarnya! Misalnya, saat papa pulang kerja, saat sedang mengobrol atau makan malam bersama, katakan "Pa, tadi siang kakak sudah selesaikan semua PRnya sendiri loh! Gak mama bantuin sama sekali, pas mama cek betul semua! Hebat kan pa kakak, anak rajin dia!". 
Pastikan anak mendengar dan janjian sama si papa kalau dia harus menimpali secara positif. Saya sering sekali melakukan ini, tidak hanya pada papanya, juga ke opa-oma, tante, om saat sedang bertelepon saya ceritakan pencapaian atau perilaku baik anak dan memastikan anak mendengar. Boleh juga saat sedang bertemu teman atau 'nenagga'. Yang ada, buntutnya, si anak malah merebut telepon dan ingin membagi ceritanya sendiri, atau ikut cerita tentang kejadiannya. Hehe. Anak perlu tahu bahwa bukan hanya kita yang menghargai, bangga dan mencintainya. 

Anak juga belajar bahwa perilaku baik atau pencapaian yang membanggakan adalah hal yang disukai dan dihargai semua orang.

Jadi, marilah kita kreatif dengan pujian-pujian yang berbobot, bukan cuma kata-kata indah yang nggak jelas apa makna dan tujuannya. 

Selamat memuji anak-anak kita ya moms!







Wednesday, January 26, 2011

"Bye-bye bottle, Hello cup!": Tips membantu anak melepaskan kebiasaan minum dari botol dot

Ada banyak alasan orang tua memberikan botol dot kepada anaknya dan kita tidak akan bahas alasan-alasan tersebut. Yang akan kita bahas adalah bagaimana membantu anak yang (sudah) memakai botol dot untuk melepasnya dan beralih ke cangkir (bisa sippy cup atau sedotan).

Tulisan ini dibuat sebagai Jawaban dari permintaan pembaca *ceile* (thanks Debz buat sarannya)

Mengapa?
Pertama dan yang terpenting pertanyaannya adalah: kenapa sih harus melepas (weaning) botol dot? Karena anak perlu belajar minum dari sedotan atau cangkir, seiring dengan kematangan perkembangannya. Memegang dan mampu mengarahkan (koordinasi tangan dan mata) serta membantu dirinya sendiri minum dari cangkir minumannya adalah hal penting dan sangat baik bagi rasa percaya diri anak dan kemandiriannya.


Kapan?
Menurut dr. Laura Jana dari WebMD, kunci keberhasilan melepas anak dari dot, adalah memulainya sejak dini. Jadi jangan sampai orang tua jatuh pada 'jebakan' menunda-nunda proses lepas dari dot ini. Banyak orangtua yang cenderung 'menunggu' anak benar-benar bisa memegang gelas dengan baik baru mau memulai proses weaning, padahal keseluruhannya adalah proses belajar, jadi kalau nampaknya anak masih perlu bantuan memegang gelasnya sendiri, bukan berarti harus menunda lho! Justru ini kesempatan baik buat anak melatih motorik halusnya sekalian. 
Sangat disayangkan kalau alasan orang tua menunda proses weaning adalah karena orang tua sendiri yang 'belum mampu' meninggalkan kenyamanan yang diberikan oleh dot, seperti: minuman tidak gampang tumpah dan berceceran kemana-mana, anak tidak pernah tersedak dan sebagainya.



Latihan melepas dot bisa dimulai dari usia 6 bulan, sejak anak mulai makan juga. Karena anak juga mulai mengenal peralatan makan lainya seperti mangkuk dan sendok, namun secara umum bisa dimulai dari usia 6 bulan ke atas. Ada orang tua yang ingin memulai lebih cepat atau sedikit mundur.

Mengingat semuanya adalah proses belajar, jadi semua harus dilakukan bertahap. Jadi fokusnya bukan bagaimana supaya anak saya MELEPAS dotnya, tapi bagaimana supaya anak saya BELAJAR MEMAKAI cangkirnya. Sampai anak mahir dan akhirnya bisa melepas botolnya dan beralih memakai si cangkir.

Pengalaman saya pribadi, waktu anak saya yang pertama (sempat minum pakai botol dot cukup lama), proses lepas dotnya baru mulai sejak umur 1 tahun lebih dan latihannya pakai gelas bersedotan (tidak pakai sippy cup). Selain faktor usia anak, pengalaman saya, sebaiknya timing dalam proses weaning ini juga harus di waktu-waktu yang senyaman mungkin, dalam arti, anak dalam kondisi sehat/tidak lagi sakit atau rewel-rewel tumbuh gigi-misalnya, tidak sedang dalam transisi besar lainnya, misalnya toilet training, pindah ke kamar sendiri, pindah rumah, masuk playgroup, baru punya adik dan sebagainya. Karena bisa-bisa anak malah jadi stres dan malah proses weaningnya gagal total.


Bagaimana?

Beberapa ahli menganjurkan untuk secara bertahap mengganti frekuensi minum dengan botol dot ke minum dengan cangkir.
Contoh:
Anak dalam sehari minum susu 3 kali dengan botol dot. Mulailah memberikan minum 2 kali dengan botol dan 1 kali dengan cangkir. Tahap berikut 1 kali dari botol dan 2 kali dari cangkir. Terus menerus secara bertahap sampai pada akhirnya anak minum susu hanya dari cangkir. Untuk lebih mendorong anak minum dari cangkir, berikan porsi minum yang banyak (sesuai aslinya) di cangkir dan beri minum sedikit saja pada botol, jadi anak belajar bahwa jika ia ingin minum lebih banyak, dia harus minum dari cangkir.

Tips lainnya berikan minuman yang paling anak sukai (misalnya susu atau jus buah) di dalam cangkir dan minuman yang tidak terlalu disukai di dalam botol (misalnya air putih).


Nah itu tips para ahli, kalo tips dari saya 😁 alias pengalaman pribadi, kita sediakan waktu buat 'mempersiapkan' anak untuk konversi dari botol dot ke cangkir. 
Misalnya, 2 minggu atau 1 bulan sebelumnya saya sudah bilang-bilang ke anak bahwa nanti dia akan mulai minum dari gelas karena dia sudah besar dan botol dotnya buat anak bayi yang lain.
Tiap hari terus countdown sampai hari 'H' datang sambil tiap hari melatih penggunaan cangkir. Jika hari 'H' sudah tiba, beritahu anak kalau sudah waktunya mengucapkan selamat tinggal pada si botol dot dan orang tua harus punya komitmen yang kuat untuk menyingkirkan si botol dot, once and for all
Jadi tidak ada lagi 'kelonggaran' untuk kembali ke botol, karena si botol dot memang sudah nggak ada lagi! ;) Orang tua harus siap dengan kemungkinan anak marah, rewel dan mogok minum karena ingin botol dotnya kembali, tapi disitulah konsistensi orang tua diuji. Ingat, sekali gagal, wibawa kita luntur lho..
Itu sih pengalaman saya dulu lho ya.. Tapi berhasil kok untuk anak saya. Tapi saya nggak rekomendasikan ini untuk anak usia kurang dari 1 tahun, karena bagian terpentingnya ada di komunikasinya, proses 'mempengaruhi' anak lewat kata-kata dan sugesti selama menunggu hari 'H' jadi sangat penting untuk diperhatikan.

Bagian terakhir yang terpenting, jangan pernah LUPA untuk memberikan penghargaan pada anak yang sukses minum dari cangkirnya! Berikan pujian, pelukan atau apa saja yang bisa menyenangkan hati anak dan membuatnya bangga. Tunjukkan bahwa anda bahagia dengan pencapaian barunya!

Begitulah tips untuk melepas kebiasaan anak minum dari botol dot-nya. 
Semoga berguna ya!





Monday, January 24, 2011

Ini dia si bayi 9 bulan!

16 Januari lalu Eugeneo genap 9 bulan! Sudah 9 bulan lamanya mama menyusui ASI ekslusif, bangun tidur dengan hepi liat senyum Neo tiap pagi, memulai hari siap dengan kejutan apa lagi ya hari ini?, 3 bulan bereksperimen dengan MPASI homemade, 1 bulan belakangan mulai tatah-tatahin Neo yang kayaknya semangat banget pengen jalan cepet karena liat kakaknya yang udah jingkrak-jingkrak kesana-kemari..?!

Ada beberapa 'highlight' dari bulan ke-9 ini, diantaranya:
• bersiul!
Haha.. Iya nih, si bocil udah bisa bersiul. Gara-garanya mama suka bersiul-siul kalo lagi babywearing Neo di teras depan. Juga kalo habis nonton serial 'Castle' yang ending songnya orang bersiul, si mama pasti ngikut dan Neo memperhatikan dengan seksama. Awalnya Neo bikin mulutnya monyong-monyong gitu, geli aja liatnya. Wah belakangan ternyata ada bunyinya! Hihi masih lirih sih, belum nyaring banget tapi seru aja dengernya (doain sukses rekam videonya!)

•High Five
Nih 'high five' alias tos, sebenernya Neo uda bisa dari umur 6bulan, tapi baru belakangan ini high five-nya bener-bener berupa tepukan keras! Seneng deh, mana tiap diminta high five dia nggak bosen-bosen melayani! Hehe

•berda-dah ria
Sudah bisa melambaikan tangan buat papa dan kakak yang berangkat pagi-pagi. Seru banget, sampe sikunya ikutan
goyang. Asyiknya lagi Neo uda ngerti kalo yang di-Dadahin itu cuma orang yang mau pergi/pulang, jadi kalo mama cuma di seberang ruangan berdadah-dadah, pasti gak ada balesan..! (~_~) hihi

•manjat yang tambah canggih tekniknya
Dari masuk bulan ke-8, Neo sudah hobi manjatin apa aja, terutama badan mama dan kakak Arvin! Nah sekarang udah manjatin sofa, meja dst.. Kalopun nggak nyampe, dia akan cari injekan yang memadai. Contoh: kaleng biskuit nganggut yang nangkring deket sofa, tas sekolah kakak dll. Mama jadi deg-degan terus..! ;p

•panggil 'Papa'
Waktu awal-awal babbling, sekitar 6bulanan, Neo udah sempet bilang "pa..pa", tapi di hari-hari selanjutnya hilang entah kemana. Di bulan ke-9 ini muncul lagi, udah lebih mantep dan bener-bener ditujukan ke si papa. Si papa jadinya berbunga-bunga dong..!

•minum pake sedotan
Yay! Si mama memang sudah bertekad mengenalkan sedotan sedini mungkin, mengingat Neo nggak pake dot, jadi mari kita langsung ke sedotan aja! Dan ternyata niat itu disambut baik oleh Neo yang sejak percobaan pertama langsung sukses seruput minumnya lewat sedotan ;) memang kalau sedotannya diameter agak besar masih suka tersedak, tapi namanya juga belajar.. Ya nggak? Horee.. Pokoknya mama hepi sekali!

Hmm serunya hari-hari bersama Neo. Sehat terus ya nak. Mama, papa & kakak love you so much!

Tuesday, January 18, 2011

Bukan Ekspresi Cinta Biasa: Cara bayi mengekspresikan cintanya pada kita



Orang tua mencintai bayi? Wah, pastinya! tiap orang tua pasti mencintai bayinya dan akan melakukan apa saja untuk mengekspresikan cintanya kepada si bayi. Tidak akan dibahas panjang lebar tentang apa saja yang sudah/akan/mungkin dilakukan orang tua untuk menunjukkan kasih sayang pada bayi, jadi yukk kita cerita tentang cara bayi mengekspresikan cinta pada orang tua. Menurut pengalaman pribadi, ada beberapa perilaku bayi yang saya asosiasikan dengan ekspresi kasih sayang bayi, diantaranya: 

❤Tersenyum
Hal yang selalu saya nantikan tiap pagi (selain secangkir teh, tentunya) adalah senyuman bayiku Neo waktu bangun pagi! Ada perasaan hangat tiap kali melihat bayi membuka mata, saya menyapa, "Selamat pagi Neo! " atau "Good Morning Eugeneo!" dan ditengah kedipan-kedipan mata kecil yang sedang menyesuaikan dengan cahaya ruangan, dia tersenyum manis! Seakan berkata, "leganya bangun tidur langsung liat mama!" ;)

❤Tertawa & Memekik
Tiap kali kita menggelitik bayi, atau membuat muka lucu, biasanya bayi akan tertawa. Kalau beruntung, kita bisa mendengar tawa yang paling renyah dan menggemaskan. Tapi nggak ada yang lebih seru daripada bayi yang saking seru dan asyiknya dengan situasi sampai memekik kesenangan! Kira-kira artinya, "Makasih ya ma udah mau segitu niatnya pasang muka jelek itu buat aku!" ;p

❤Berkedip-kedip & bertepuk tangan
Kebiasaan saya misalnya Neo selesai makan, saya pasti bilang, "Yay! Neo pinter sekali makannya ya! Anak mama pinter nih!" sambil tepuk-tepuk tangan. Begitu juga pada tiap pencapaian lainnya. Waktu umur 7bulan dan dia bisa tepuk tangan, dengan muka berbinar-binar, mata berkedip-kedip, dia akan ikutan bertepuk tangan tiap kali kami bertepuk tangan untuknya. Sekarang tepuk tangannya sudah lebih volunter, jadi terserah dia apa penyebabnya. Seringkali saat mama mendekat membawa buku, mangkuk makanan atau sesederhana membuka nursing bra & menggeser breast pad, hehe Neo langsung tepuk tangan! Bagi saya ini pujian dan penghargaannya, "Yay, mama hebat! Bener-bener tau yang aku mau!". I'm one happy mama.

❤Mengulurkan tangan minta dipeluk
Sejak usia kurang lebih 5 bulan, Neo mulai bisa menjulurkan tangan, ciri khas bayi yang minta digendong. Wah, mama semangat banget dong pastinya, karena berarti salah satu kendala bahasa diantara kami telah terjembatani! Nggak perlu menebak-nebak kapan dia mau baringan atau gendong. Walaupun seiring berjalannya waktu, frekuensi menjulurkan tangan ini semakin meningkat alias minta gendong terus, hehehe, pasti maksud dia, "Ma, di sini nggak asyik, udah bosen ama mainan-mainan ini, aku mau pelukan aja dong sama mama!". Yay!

❤Menepuk-nepuk pundak
Pernah nggak mama dapat tepukan pundak (sebetulnya bisa dimana aja sih..) dari bayi? Saya rasa sebagian besar pasti pernah ya. Sama kayak waktu bayi nangis dan kita berusaha menenangkannya sambil tepuk-tepuk pundak, punggung atau pahanya. Saya paling syeneng kalau Neo merayap ke saya (sampe hari ini belum menunjukkan tanda-tanda mau merangkak, red.) terus nepuk-nepuk di paha atau pundak mama. Begitu juga kalo baru digendong, mungkin dia mau bilang, "Iya ma, makasih ya udah gendong. Emang betul Neo maunya digendong gini.. Good job, mama!". Hehehe.

❤Meremas dan mencubit
Sambil melatih motorik halusnya, bayi suka sekali menggenggam, meremas dan 'mencubit' barang-barang. Bahkan tiap kali sukses mendapatkan kertas atau buku, Neo dengan semangat merobek-robek kertas yang kurang beruntung itu. Seringkali hal ini terjadi pada muka, tangan pokoknya kulit mama! Jari-jari mama, rambut dan hidung juga bagian yang paling asyik buat diremas dan ditarik. Neo senang sekali menatap lekat-lekat lalu meremas pipi saya sampe rasanya 'panas'. Tapi saya yakin, maksud hatinya melakukan itu adalah, "ihh.. Gemes deh!" sama kayak mama yang suka gemes dan 'menggigit' pipiku! ;D

❤Ciuman nyosor ditambah gigitan
Kita pasti sering sekali mencium bayi, sudah tak terhitung sejak dia lahir di dunia ini. Tapi makna ciuman jadi berlipat kali ganda saat bayi yang memberikannya pada kita. Saat saya bilang, "Kiss-kiss!" dan mencium Neo dengan cepat, biasanya dia tersenyum geli. Belakangan dia sudah bisa membalas, nyosor ke pipi atau bibir dengan ending bonus gigitan kecil plus extra liur buat mama! Artinya, "See.. I love you too, mama!".

❤Memanggil "Mama!"
Apa sih yang paling melelehkan hati selain waktu bayi kita sudah bisa bilang "mama" dan memang bermaksud memanggil kita, bukan cuma gumaman. Saat kita lagi sibuk dengan hal lain, atau cuma lewat, bayi kita memanggil "Mama!", di telinga mama terdengar seperti, "Hei! Orang yang aku sayangi, percayai, selalu membantu aku, memandikan aku, memberi makan tiap lapar dsb dsb.. Kok cuma lewat sih? Perhatikan aku dong!". Now, that's priceless.

❤Menyandarkan kepalanya di pundak
Sebelum otot leher bayi kuat untuk menahan kepalanya tegak, kita bisa memposisikan kepala bayi sesuka kita dalam gendongan. Bisa dibaringkan di pundak, disandarkan di dada dsb. Tapi sejak otot lehernya kuat, biasanya dia 'anti' diatur-atur dan maunya kepalanya tegak dan liat sana-sini, memastikan dia punya pemandangan 360 derajat! Nah, di usia-usia segini, saya paling kelepek-kelepek tiap kali menggendong Neo, terus dengan sukarela dia menyandarkan kepalanya di bahu atau dada saya. Bagi saya artinya, "Ini lho tempat favorit saya.. Paling nyaman dan hangat sedunia!". Aww... (ambil tissue).

❤Separation Anxiety
Sejak mulai masuk usia 8 bulan, Neo mulai 'diserang' yang namanya 'Separation Anxiety' (SP) alias kecemasan tiap kali berpisah dari orang tua. Ini fase yang normal sih, semua bayi pasti mengalami. Tapi bagi saya hal ini meskipun seringkali merepotkan atau membuat orang tua putus asa, ada sisi membahagiakannya. Saya melihat ini sebagai tahap dimana bayi benar-benar sudah TAHU siapa kita dan YAKIN bahwa tidak ada orang lain yang bisa menyayangi, memperhatikan dan merawatnya seperti kita. Makanya dia resah kalo harus ditinggal bersama orang lain. Itu juga berarti, "Huhu.. Aku nggak suka mama ada di ruangan lain, kan maunya sama-sama ama mama terus...". Syukurilah, ada manusia di dunia ini ini yang sangat, sangat menghargai kehadiran anda!

Hmm.. Memang ekspresi cintanya bayi kadang tidak konvensional, kadang malah agak 'menyakitkan' hehe, tapi yakinlah mama... Bayi kita mencintai kita kok, sama seperti kita mencintai mereka ❤.

Saturday, January 15, 2011

Perilaku bayi yang membuat orang tua frustrasi dan cara meresponnya

Bayi kita, si buah hati, makhluk kecil yang manis, menggemaskan, lugu, seperti malaikat. Sejak lahir kita begitu terpesona dengan mereka, tidak ada suatu saat pun terbayangkan bahwa mereka bisa membuat kita stres, sebel dan frustrasi! Tapi seiring makin bertumbuhnya bayi, makin bertambah kepintaran, kelincahan dan terutama rasa ingin tahu mereka, semakin banyak pula perilaku dan perbuatan yang kadang membuat orang tua 'sebel' dan nggak sedikit yang frustrasi. Beberapa perilaku itu, diantaranya (kalo ada yang mau share dan nambahin boleh banget...) :
gambar diambil di sini
•Menyentuh dan memegang barang-barang yang berbahaya/nggak boleh disentuh
Keingintahuan mereka yang berkembang pesat membuat bayi-bayi ini selalu mencari barang untuk ditarik, didorong, dijatuhkan dan dilempar! Tidak peduli apakah itu mainan, alat makan, ponsel mama atau vas bunga dan pigura kesayangan mama! Cara mereka mempelajari dunia adalah dengan menyentuh sesuatu dengan tangan dan juga memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut mereka, baik untuk dihisap, dijilat atau digigit. Nah, daripada meneriakkan "Jangan.. Jangan!" atau "No..no..no!" lebih baik pelan-pelan kita singkirkan bayi dari benda atau tempat yang berbahaya dan katakan lembut "Ini bukan buat Neo ya..". Atau bisa juga tiba-tiba memanggil nama bayi "Neo!" (tapi bukan ngagetin lho ya..). Saat bayi mendengar namanya dipanggil, dia akan terhenti sejenak dari apa yang sedang dia lakukan, saatnya buat orangtua 'menyelamatkan' bayi dari akibat yang berbahaya.

Untuk membantu perkembangan bahasanya, kita bisa mengajarkan kata-kata yang akan diasosiasikan bayi pada Apa yang berbahaya dan apa yang aman. Misalnya, katakan "boleh pegang" pada barang-barang yang aman dipegang dan "tidak boleh pegang" pada benda-benda yang berbahaya. Jangan harap bayi langsung ngerti dan ikut lho.. Ini hanya salah satu usaha yang bisa kita coba. Yang terutama adalah memastikan tidak ada benda berbahaya di sekitar ruang gerak bayi. Selain penting untuk mengajari bayi tentang apa yang tidak boleh, di saat yang sama, penting juga untuk mengajarinya tentang apa yang menjadi miliknya.
Contoh, mama sedang berada di dapur memotong sayuran dengan pisau, si bayi nampak bersemangat untuk ikut dalam kegiatan mama, katakan "Ini bukan untuk Neo, ini pisau mama. Ini sendoknya Neo". Teknik ini disebut substitusi dan pengalihan, suatu pendekatan yang mungkin memang sudah kita lakukan secara instingtif, tiap kali kita menawarkan mainan miliknya sebagai ganti saat kita mengambil sesuatu benda yang tidak pantas dipegang/dimainkan oleh anak.

gambar diambil di sini
•Menumpahkan makanan atau melempar gelas minum dan peralatan makan dari kursi makannya.
Bayi sedang belajar tentang hal apa saja yang bisa dia lakukan dengan kedua tangannya dan dia juga menemukan betapa menakjubkannya fenomena yang namanya gravitasi itu! Lagipula dengan melakukan hal tersebut, dia mendapatkan reaksi yang cukup dari orang tua yang mungkin saat sedang makan bersama, tidak sedang memperhatikannya. Tergantung pada sisa energi dan waktu yang kita miliki, kita bisa memilih untuk 'go with the flow' dan terlibat dalam permainan 'menjatuhkan dan mengambilkan' dengan si bayi, sampai pada titik dimana entah orang tua atau bayi bosan!

Anda bisa berhenti mengambilkan tiap barang yang jatuh sebagai isyarat permainannya sudah berakhir. Kalau bayi sudah menyadari tidak ada lagi lawan main baginya, dia akan mencari permainan lain. Pahami bahwa meskipun bayi melempari makanan atau minuman yang anda berikan padanya, tidak berarti ia menolaknya, tidak suka ataupun mencoba untuk jadi si pemberontak.
Hanya satu alasan yang sederhana: ia ingin bermain dan berinteraksi dengan orang tuanya! Bila mama tidak berminat main 'jatuhkan-ambilkan', turunkan saja bayi dari kursi makan dan berikan mainan sungguhan. Habiskan beberapa menit untuk main, sampai dia siap untuk duduk dan makan lagi. Atau biarkan saja sippy cup yang sudah dijatuhkan itu di lantai, dan katakan "bye-bye sippy cup!". Lalu anda teruskan acara makan anda sendiri seperti anda ingin bayi meniru anda. Jagalah suasana makan tetap menyenangkan dan interaktif, lama-lama bayi akan mengikuti contoh yang kita tunjukkan.

•Menggigit atau memukul 
Bayi belum mampu menyatakan perasaan dan mengungkapkan emosinya lewat kata-kata, jadi dia menggunakan satu-satunya alat yang dia miliki: mulut dan tangannya. Dia akan menggunakan kedua alat ini untuk bereksperimen dengan orang-orang yang dikenalinya yang ada di sekitarnya, yaitu orang tua, kakak/adik dan pengasuh. Tapi gigitan maupun pukulan ini biasanya lebih kepada komunikasi yang cenderung bermain-main daripada sebagai bentuk agresivitas. Mengingat pukulan bayi anda biasanya tidak 'menyakitkan' tapi lebih pada gerakan kasih sayang atau frustrasi yang kurang tepat sasaran, HINDARI godaan untuk membentaknya. Beri contoh pada bayi. Tunjukkan bagaimana kita mengelus sayang atau menepuk dengan lembut dengan tangan kita. Katakan, "Ayo kita sayang kakak", "Ayo kita peluk teman" atau "Begini cara mengelus si doggy". Bila dia memukul karena frustrasi, bantulah dia melakukan apa yang ingin dia lakukan. Verbalisasi kemarahannya: "Kalo nggak bisa ambil ini, Neo jadi kesal ya." Mungkin bayi tidak mengerti kata-kata kita, tapi dia akan memahami nada suara kita dan menyesuaikan diri dengan contoh yang kita tunjukkan.

•Berteriak dan memekik
Bayi terkagum-kagum dengan kekuatan yang mengejutkan dari suara mereka sendiri. Bayangkan bayi kecil bisa membuat ruangan yang penuh dengan orang dewasa untuk berhenti dan menengok! Itu kekuatan super! Salah satu cara yang bisa dicoba bila anda tidak tahan dengan teriakan si kecil, adalah menciptakan tempat khusus untuk si bayi berteriak tiap kali ia menujukkan kebutuhannya untuk berteriak. Bisa di halaman belakang rumah, dan katakan bahwa ia boleh berteriak sepuasnya di tempat khususnya itu. Misalnya ada ruangan kecil khusus di rumah, dedikasikan saja menjadi ruang berteriak. Bisa juga dengan kotak teriak khusus. Yang terpenting adalah SABAR karena pada akhirnya fase ini akan berlalu juga.

•Melawan atau 'ngajak berantem' setiap kali dipakaikan baju
Waktu-waktu ganti popok dan memakai baju memang waktu yang identik dengan konflik. Agenda si bayi biasanya nggak sesuai dengan kita. Mereka biasanya terlalu tertarik dengan bagian-bagian tubuhnya, misalnya saat memasangkan popok bayi masih seru dengan tangan yang menyentuh di sana-sini, jadi akan kesal kalau kita mau buru-buru menutup aksesnya atau saat memakaikan baju dia tidak suka tiap kali hidung atau telinga kecilnya 'nyangkut' di lubang leher baju.

Solusinya, ubahlah kegiatan ini menjadi permainan yang asyik. Coba bermain petak-umpet, tanyakan, "Mana ya tangannya Neo?" setelah memasukkan tangannya ke dalam lubang baju, serukan, "Ini dia tangannya!". Nyanyikan lagu yang sesuai, seperti Hokey Pokey: "You put your right hand in, put your left hand in and shake it all about..". Lagu andalan saya baik dengan Arvin ataupun Neo adalah Irama lagu Here We Go Round The Mullberry Bush, diganti dengan kalimat, "This is the way we put on our shirt.. Put on our shirt... This is the way we wear our clothes... Wear our clothes... So early in the morning!". Kemungkinan besar bayi akan bersemangat dipakaikan baju. Bila masih susah juga, pakaikan saja baju yang gampang dipakaikan pada bayi yang bergerak-gerak terus, misalnya model yang sangat simpel, minim kancing dan 1 sampai 2 ukuran yang lebih besar dari yang biasa dipakai bayi. Saat bayi mulai mendekati usia 2 tahun biasanya akan mulai muncul keinginan untuk memilih sendiri baju yang akan dipakai, hal ini akan memenuhi kebutuhan otonominya.

*(Referensi dari tulisan Dr.Sears dalam Parenting's Iphone App)

Monday, January 10, 2011

"...because God did a great job!" : Pelajaran tentang iman oleh Arvin

Ketika anak sedang sakit, sedih atau pun takut, selain memberi obat (kalau bener-bener PERLU), menghibur atau sekedar memeluk, biasanya saya mengajak anak untuk berdoa. Setelah berdoa dan 'menceritakan' pada Tuhan tentang apa yang kami rasakan/alami, saya akan bilang ke anak bahwa kita tidak perlu lagi kuatir, sedih atau takut, sebab Tuhan yang maha tahu telah mendengar dan pasti akan menolong kita. Kalau sedang sakit, saya akan meyakinkan anak kalau Tuhan pasti akan menyembuhkan kita.
Begitulah selalu 'kiat' andalan kami di saat-saat sulit. Saya pikir itu suatu cara yang cukup baik menanamkan iman kepada Tuhan terhadap anak, karena menunjukkan bahwa selain semua usaha yang kita lakukan, pada akhirnya, bagian terpentingnya adalah menyerahkan semuanya pada Tuhan dan membiarkan Tuhan melakukan 'bagian'-Nya.

Peristiwa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, pada saat saya sedang hamil anak ke-2, usia kehamilan 2 bulan 2 minggu. Saat berada di kamar mandi di suatu sore, saya dikejutkan dengan adanya flek. Saya kaget dan terus terang langsung stres dan jadi sangat kuatir. Waktu itu di rumah hanya ada saya dan anak pertama saya Arvin (4thn). Saya menelepon suami yang masih ada di kantor, setelah yakin bahwa flek tersebut bukan pendarahan berupa darah segar dan semacamnya, kami sepakat untuk ke dsog saya nanti di malam hari, setelah suami pulang kerja dan menunggu jam praktek si dokter juga. Sementara itu suami menyuruh saya istirahat saja di tempat tidur.

Saya langsung berbaring, berusa untuk beristirahat dan tertidur, namun berbagai pikiran-pikiran aneh mulai bermunculan, "Bagaimana kalau saya keguguran?", "Bagaimana kalau si dedek bayi kenapa-kenapa?", "Bagaimana kalau belum sampai malam pendarahannya bertambah?" Dan banyak lagi pikiran buruk lain. Saking takutnya dan karena terlalu membiarkan semua pikiran buruk itu menguasai pikiran, saya mulai merasa sangat takut dan menangis.

Arvin, anak pertama saya yang sejak tadi memperhatikan mulai mendekati saya dan menanyakan,
"Mama, why are you crying?" saya kemudian memberitahu kalau saya kuatir terjadi sesuatu pada dede bayi, tanpa menjelaskan secara detail pada Arvin.
"Why? Mama have a tummy-ache ya?" dia bertanya lagi.
"Yes, I have a tummyache, Arvin" jawab saya, walaupun sebenarnya nggak sakit, tapi toh tidak mungkin juga saya jelaskan soal flek itu.
Arvin diam dan kelihatan berpikir sejenak.
"I will kiss-kiss to make it better ya?" katanya polos. Kalimat yang sama yang selalu saya ucapkan ketika dia jatuh, pusing, luka, sakit dan sebagainya.
"Yes Arvin, please!" volume aer mata jadi tambah banyak (antara stres dan terharu).
Lalu saya langsung ajak Arvin berdoa supaya dede bayi di perut nggak apa-apa. Selesai berdoa, Arvin langsung bilang, "Mama don't be sad ya! Stop crying. Because God did a great job! The baby is OK."

Saya langsung lega! Kok bisa-bisanya saya yang selalu meyakinkan dan menenangkan Arvin tiap dia sakit, jadi stres sendiri begini? Mungkin ini salah satu bukti bahwa lebih mudah menasehati orang daripada melakukannya sendiri ya? Yang pasti kekuatiran saya yang berlebihan itu langsung sirna dan berubah menjadi perasaan lega dan juga bangga pada Arvin yang sukses 'ngajarin' mama-nya tentang iman! Mungkin cuma hal sederhana, hanya kalimat biasa yang sering diucapkan, tapi saat itu maknanya luar biasa buat saya, apalagi Arvin yang mengatakannya ;)

Pada akhirnya, seperti kita tahu, si dede bayi memang baik-baik aja! Terlepas dari fakta bahwa saya selanjutnya disuruh bedrest 2 minggu ;p
Saya senang karena dalam menjalaninya saya penuh iman dan keyakinan bahwa semuanya baik-baik saja.. Tuhan sudah bereskan semuanya! Thanks to you kakak Arvin!

Mengenal "Attachment Parenting"

Attachment Parenting (selanjutnya disebut AP), bukanlah suatu cara atau metode atau pendekatan yang diciptakan atau ditemukan. Jauh sebelum Dr. William Sears mengemukakan tentang AP, sebenarnya dari generasi ke generasi sekian banyak orang tua di dunia sesungguhnya telah menjalankan pendekatan membesarkan anak dengan cara seperti ini.

Sebenernya apa sih AP? AP adalah pengasuhan anak yang kaya akan sentuhan, kasih sayang dan responsifitas yang tinggi terhadap kebutuhan anak. Menurut Organisasi attachment parenting internasional (API), Inti dari AP sesungguhnya adalah membangun dan memelihara hubungan yang kuat antara anak dan orang tua. Dimana dalam hubungan ini tidak ada kekerasan, karena orang tua menghargai dan menjunjung tinggi harga diri dan martabat anak.

Visi jangka panjang dari AP adalah membesarkan anak yang akan menjadi orang dewasa yang berkembang dan memiliki kapasitas memadai untuk berempati dan menjalin hubungan dengan orang lain.


Mengutip dari Attachment Parenting International (API), ada 8 prinsip dasar dari AP, yaitu:
1. Persiapan untuk kehamilan, kelahiran dan pengasuhan.
Orang tua AP terlibat secara emosional dan fisik dalam proses kehamilan dan kelahiran. Peduli dan melakukan yang terbaik dalam menjalani proses ini, seperti menjaga kesehatan, banyak belajar tentang pilihan jasa penyedia kesehatan dan lingkungan untuk persalinan dan mencari informasi tentang cara merawat bayi baru lahir. Secara terus menerus memperkaya diri dengan pengetahuan tentang tahap-tahap perkembangan anak, menetapkan harapan secara realistis dan tetap fleksibel.



2. Memberi makan dengan cinta dan rasa hormat.
Menyusui bayi adalah cara optimal untuk memuaskan kebutuhan nutrisi dan emosional bayi. Menyusui dengan botol dapat mengadaptasi sikap menyusui pada payudara, dapat membantu menciptakan attachment (perlekatan) yang aman.
Perhatikan tanda-tanda lapar pada bayi dan juga anak-anak, dorong mereka untuk makan ketika lapar dan berhenti ketika kenyang. Sediakan pilihan makanan yang sehat dan contohkan sikap makan yang sehat.



3. Merespon secara sensitif.
Membangun dasar bagi rasa percaya dan empati dimulai sejak masih bayi. Perhatikan apa yang disampaikan anak pada kita dan responlah dengan konsisten dan sepatutnya. Bayi tidak dapat diharapkan untuk menenangkan dirinya sendiri, mereka membutuhkan orang tua yang tenang, empatis dan penuh kasih sayang untuk membantu mereka mengatasi emosi mereka. Responlah secara sensitif anak yang terluka atau menunjukkan emosi yang kuat dan ambil bagian dalam kebahagiaan mereka.


4. Menggunakan sentuhan yang nurturing (susah diterjemahkan). Sentuhan dapat memenuhi kebutuhan bayi akan kontak fisik, kasih sayang, rasa aman, stimulasi dan gerakan. Yang paling efektif adalah kontak kulit dengan kulit, seperti saat menyusui, mandi atau pijat. Menggendong bayi (babywearing) juga memenuhi kebutuhan ini saat sedang berpergian. Pelukan, cengkrama, gosokan di punggung, pijat dan permainan fisik dapat memenuhi kebutuhan ini pada anak yang lebih tua.

5. Memastikan kondisi tidur yang aman dan nyaman, secara fisik maupun mental. 
Bayi dan anak-anak memiliki kebutuhan di malam hari seperti juga di siang hari; rasa lapar, kesepian, rasa takut hingga merasa kedinginan atau kepanasan. Mereka butuh orang tua untuk menenangkan dan membuat mereka nyaman sambil membantu mereka menghadapi emosi mereka yang intens. Teknik-teknik latihan tidur dapat memiliki efek tidak baik secara fisiologis dan psikologis. Tidur bersama/berdekatan yang aman memberikan keuntungan baik bagi bayi maupun orang tua.

6. Menyediakan perhatian dan kasih sayang secara konsisten. Bayi dan anak kecil memiliki kebutuhan yang amat besar akan kehadiran fisik figur pengasuh yang konsisten, penuh kasih sayang dan responsif: idealnya, mereka butuh orang tua. Jika memungkinkan, pilihlah pengasuh alternatif yang telah lebih dulu membangun ikatan dengan anak dan yang peduli pada anak, dimana akan memperkuat hubungan kelekatan ini. Buatlah jadwal yang fleksibel, minimalisir stres dan rasa takut anak pada saat berpisah sementara dengan orang tua.

7. Mempraktekkan disiplin secara positif. 
Disiplin positif membantu anak mengembangkan nurani berdasarkan disiplin internal dirinya dan belas kasih pada sesama. Disiplin yang sifatnya empatis, penuh kasih sayang dan penuh hormat memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Alih-alih bereaksi terhadap perilaku anak, temukan kebutuhan yang mengarahkan pada perilaku tersebut. Komunikasikan dan bangun solusi bersama-sama sambil tetap mempertahankan martabat masing-masing.

8. Mengusahakan keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan keluarga. 
Saat keseimbangan terjaga, menjadi lebih mudah bagi kita untuk menjadi responsif secara emosional. Ciptakan jaringan dukungan, tetapkan tujuan yang realistis, dahulukan orang daripada benda dan tidak takut berkata 'tidak'. Kenali kebutuhan individual di dalam keluarga dan sedapat mungkin penuhi kebutuhan-kebutuhan itu tanpa mengorbankan kesehatan emosional dan fisik kita. Jadilah kreatif, bersenang-senanglah dengan pengasuhan anak dan sediakan waktu untuk diri sendiri.


Dr. Sears juga mengemukakan tentang 7 alat untuk membantu orang tua untuk menjalankan AP , yaitu:
1. Menjalin ikatan (bonding) sejak kelahiran
2. Menyusui
3. Menggendong bayi melekat pada tubuh (Babywearing)
4. Tidur bersama atau berdekatan dengan bayi (co-sleeping)
5. Percaya akan makna bahasa dari tangisan bayi
6. Waspada terhadap 'pelatihan' terhadap bayi
7. Keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan anak


Saya sendiri sebenarnya sebelum tahu tentang AP, sudah memutuskan membesarkan anak dengan cara-cara seperti itu. Motto-nya : orang tua bertanggungjawab penuh atas keselamatan, kebutuhan dan perkembangan anak. Tanpa tahu bahwa ada 'sebutan' untuk pilihan-pilihan ini. Karena rasanya tidak ada cara paling benar untuk membesarkan anak selain bertolak dari kondisi anak itu sendiri dan menjalani apa yang paling nyaman bagi anak maupun orang tua.

Ikatan bathin dengan bayi sangat penting dijalin bahkan sejak masih dalam kandungan. Memang, awalnya terasa aneh atau bicara dengan perut gendut kita ;p tapi yakinlah, janin mendengar kok. Apalagi sejak menit-menit awal kelahiran, bila mungkin melakukan IMD, awali hari-hari bersama bayi baru dengan menyusuinya, pastikan bayi mendapat kolostrum, membiasakan diri sendiri dan bayi dengan kegiatan menyusui. Syukuri keindahan mahluk yang sudah kita tunggu-tunggu 10 bulan belakangan ini, peluk, belai, beri kehangatan dan kenyamanan yang dia butuhkan. Habiskan waktu memberikan kasih sayang dan perhatian sepenuhnya pada bayi dan ikatan cinta diantara kita. Ini tidak berlebihan, inilah ARTI menjadi ORANG TUA.

Saya menyusui karena saya yakin dan percaya, itulah makanan dan sumber nutrisi yang terbaik untuk bayi. Tidak perlu dijelaskan lagi panjang lebar disini apa keunggulan ASI dan keuntungan dari menyusui. Yang terbaik adalah yang alami yang memang sudah disediakan Tuhan dan sudah dipersiapkan bahkan sejak bayi ada dalam kandungan. Menyusui juga mendorong saya berdekatan dengan bayi, karena memudahkan untuk menyusui tengah malam, sehingga nggak perlu bangun dan bolak-balik kamar. Sejak dulu saya tidak pernah merasa membutuhkan baby monitor dan meletakkan bayi tidur di ruangan yang berbeda. Awalnya lebih pada alasan praktis, tapi kalau ternyata dapat memperkuat ikatan saya dengan anak dan memenuhi kebutuhannya akan rasa aman, berarti lebih bagus lagi kan? ;)

Menuruti insting saya sebagai ibu, tidak pernah setuju dengan perkataan orang-orang "Biarin aja nangis, bagus kok buat paru-parunya!" I was like, "Really?!" Kok kayaknya nggak berperasaan sekali anak dibiarin nangis sampai serak dan mukanya merah begitu. Kejam ah. Bayi menangis karena ia ingin menyampaikan sesuatu, apa rasanya bila kita mengajak orang lain bicara dan tidak direspon? Jangan lakukan itu pada bayi, tolonglah.
Menggendong bayi kemanapun? Ya! Sejak anak pertama saya 'menjunjung tinggi' hal ini. Berapa kali mencoba jalan-jalan bawa stroller, tapi kok setelah bangun dari tidur si malah si bayi rewel dan merengek minta digendong? Akhirnya stroller malah buat ngangkut barang belanjaan! Ya, memang bayi lebih senang digendong dekat dengan kita, dia merasa aman di tempat asing sekalipun. Jadi, kenapa harus mempertaruhkan kenyamanan anak?

Pada akhirnya, orang tua AP tidak henti-hentinya belajar dan peduli akan tahapan perkembangan anak, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Selalu mengusahakan dan memberikan terbaik dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi, seperti makan-minum dan tidur.

Tidakkah ini normal? Ini bukan sesuatu yang berlebihan, mustahil atau orang bilang cara yang 'memanjakan'. AP fleksibel bagi tiap orang tua, tiap keluarga dalam penerapannya. Interpretasi tiap orang tentu unik akan AP itu sendiri dan disitulah keindahannya. Demikian dalam mengasuh anak, kita perlu menyelami, memahami, menikmati dan bertumbuh bersama anak-anak kita.


Referensi dan bacaan lebih lanjut tentang AP:


















Thursday, January 06, 2011

Tips berbicara pada bayi usia 0-12 bulan

Mengajak bicara bayi sejak dini sangat penting untuk perkembangan bahasanya, juga perkembangan otaknya secara keseluruhan.
Bahkan ini adalah salah satu cara paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk membantu mencerdaskan bayi kita!

Sejak awal kehamilan, disadari atau tidak, papa dan mama sudah sering ngajak ngobrol bayi.
Sekarang mereka sudah lahir, bersama-sama dengan kita, waktunya kita ngobrol lebih seru lagi dengan mereka!

Hal-hal penting yang harus diperhatikan saat mengajak bayi berbicara, antara lain:

• Kontak mata
Sangat penting untuk melihat bayi saat sedang bicara padanya. Jangankan bayi, orang dewasa pun akan lebih memperhatikan kalau kita pandang matanya :) apalagi bayi, buah hati kesayangan kita. Tunjukkan kalau perhatian anda tertuju padanya dan anda sangat ingin menjalin komunikasi dengannya!

• Intonasi dan volume suara
Keras - lembut, tinggi - rendahnya suara anda sangat menarik buat bayi. Sedapat mungkin, bicaralah dengan lembut dan tidak terlalu keras, berbisik ke telinga si kecil juga boleh. Biasanya bayi lebih suka pada suara yang bernada tinggi. Hindari volume yang terlalu keras, karena justru dapat membuat bayi takut.

• Ekspresi wajah
Buatlah mimik wajah yang menarik. Berikan senyuman terbaik buat bayi kita. Bagi bayi-bayi yang baru lahir dan sedang 'berlatih' melihat dengan jelas, pasti menyenangkan melihat wajah papa/mama yang ramah dan berseri-seri!

• Berbicara dengan benar dan pengucapan yang jelas
Siapa bilang bicara dengan bayi lantas harus 'berbicara seperti bayi?'. Gunakan kata-kata sederhana, ucapkan dengan benar dan jelas. Toh kita ingin mengajari yang baik dan benar sejak awal kan? :) tidak perlu mendadak cadel atau aneh.

• Sebut nama bayi
Mungkin awalnya bayi belum bisa membedakan namanya dengan kata-kata lain yang dia dengar. Tapi seiring perkembangannya, dan semakin sering dia mendengar namanya disebutkan, bayi akan membuat asosiasi di otaknya dengan bunyi dari namanya tersebut. Jadi, sering-seringlah menyapa bayi anda dengan namanya, selain kata ganti seperti "dede" atau "baby" dan sebagainya.

• Ceritakan tentang kegiatan kita
Kalau anda 'mati gaya' dengan topik pembicaraan pada bayi, nggak usah bingung. Bicarakan saja apa yang sedang anda, bayi atau kalian berdua kerjakan saat itu. Misalnya lagi mandi, jelaskan tentang membuka pakaiannya, menyiramkan air, mencuci rambut dst. Malah menambah perbendaharaan kata bayi mengenai anggota tubuh dan benda-benda. Tenang saja, biarpun belum ngomong, tapi semua pengetahuan itu direkam di otaknya kok!

• Ayo nyanyi!
Kita semua tahu dan pastinya sudah membuktikan kalau semua bayi suka nyanyian! Nggak masalah apakah suara anda merdu atau tidak, bagus atau tidak, tidak penting buat bayi anda, dia pasti akan selalu menikmati nyanyian papa/mama. Semua kata-kata pun jauh lebih enak didengar dalam bentuk nyanyian. Musik juga sangat baik untuk kecerdasan musikalnya dan melatih kepekaan terhadap nada.

• Gunakan gerakan tubuh
Di berbagai negara maju, seperti Amerika, banyak kesadaran untuk mengajarkan bahasa isyarat pada bayi yang belum dapat bicara dan pada anak-anak. Karena berkomunikasi dengan perkataan dan juga isyaratnya membuat lawan bicara (dalam hal ini ortu) mudah memahami maksud anak, sehingga kemungkinan anak menjadi frustrasi karena tidak dipahami, menjadi lebih kecil. Kita bisa mengajari bayi isyarat-isyarat spesifik untuk makan, minum, tidur dsb sejak dini, dengan cara melakukan gerakan isyarat tersebut ketika mengatakannya pada bayi.

• Modelling dan extensi
Saat bayi sudah mencapai tahap babbling dan mulai mengucapkan 1-2 suku kata, bisa jadi ia sudah mengucapkan kata-kata meski belum lengkap. Nah, mari kita beri model pengucapan kata yang baik & benar, berikut pengembangannya, yaitu memakainya dalam kalimat. Misalnya bayi berkata, "Mam.. Mam..!" sambil menunjuk makanannya. Katakan, "Makan? Iya, ini makanan" sambil mengambil makanan itu. Pengembangannya katakan, "ini makanannya, ada pisang dan apel. Neo mau makan ini ya?".

• Beri kesempatan bayi bicara
Jangan lupa untuk memberikan kesempatan bayi bicara! Misalnya setelah bicara atau bertanya, "Mainan ini bagus ya, Neo mau main bola ini sama mama?" tunggulah bayi menjawab, apapun bentuk jawaban yang dia berikan. Penting agar bayi memahami (dan orang tua juga selalu ingat ;p) bahwa komunikasi itu adalah 2 arah.

• Echoing
Tirukan suara-suara yang dibuat bayi. Biasanya bayi akan senang dan malah tertawa geli (pengalaman pribadi hehe). Bayi akan belajar bahwa suara yang dibuatnya punya arti dan menarik perhatian kita. Hal ini mendorong bayi untuk lebih sering bersuara dan 'berbicara' pada kita.

• Ini apa ya?
Saat sedang menggendong bayi, ajak dia mendekati dan melihat benda-benda disekitarnya, lalu mulailah bercerita tentang benda tersebut, tidak usah mendetail, ceritakan tentang sifat-sifat benda tersebut, seperti warnanya, bentuknya dan sebagainya. Pegang mainan Favorit bayi dan ngobrol tentang mainan tersebut.

Saya yakin dari pengalaman begitu banyak orang tua, ada begitu banyak pula cara-cara seru untuk berbicara bayi. Yang harus diingat, kita bicara pada bayi BUKAN semata-mata supaya bayi kita cepet ngomong lho! Tapi untuk menjalin, komunikasi, kedekatan dan pengertian dengan si buah hati tercinta!

Sunday, January 02, 2011

Belajar bahasa asing a la Arvin, si anak bilingual


Dulu sejak kecil saya semangat banget merencanakan hal-hal apa saja yang ingin saya ajarkan kepada Arvin, salah satu diantaranya saya ingin agar si anak pertamaku ini jadi anak yang bilingual. Sejak umur 1 tahun, saya pun menyusun strategi untuk mengajarinya berbahasa Inggris dan juga bahasa Indonesia. 


Tips-tipsnya:
1. Berbicaralah pada anak dengan bahasa asing yang ingin diajarkan.
Waktu itu saya membesarkan Arvin sendiri, suami kerja di LN selama 4 tahun dan saya masih kuliah. Beruntungnya saya ditemani oleh kakak yang pintar berbahasa Inggris. Jadilah kami berdua berbicara dalam bahasa Inggris (sepenuhnya) kepada anak. Tapi antara kami menggunakan bahasa Indonesia. Jadi anak terekspos dengan kedua bahasa tersebut.
Saya pernah baca bahwa akan lebih efektif jika anak terekspos dengan kedua bahasa secara terus menerus. Jadi bisa diputuskan, misalnya ayah akan bicara dalam bahasa A dan ibu bahasa B kepada anak. Jadi seperti pengalaman anak-anak dengan orang tua multi-ras.



2. Sediakan bacaan dan tontonan berbahasa asing.
Karena hampir semua orang berbicara dalam bahasa ibu di lingkungan sekitar anak, selain berbicara dalam bahasa asing pada anak, kita juga perlu membacakan buku-buku berbahasa asing tersebut pada anak. Jadi anak mengenal bunyi dan juga tulisan (bahasa tertulis) dari bahasa tersebut.
Bahkan saking semangatnya, buku-buku yang tidak bilingual tapi disukai anak, dulu sampe saya bikin versi terjemahannya ;) jadi anak bisa memahami cerita dalam 2 bahasa tersebut.
Hal yang sama berlaku untuk tontonan anak, sediakan DVD yang dapat diatur bahasanya, sesuai bahasa yang ingin diajarkan. Sebaiknya jangan membeli tontonan yang sudah didubbing dalam bahasa Indonesia, tapi gunakan bahasa asli untuk kesempatan belajar bagi anak. 



3. Berbicara '2 kali' pada anak.
Supaya yakin anak bisa memahami dalam dua bahasa, saya suka berbicara 2 kali pada anak, jadi dalam kedua bahasa. Misalnya, "kamu mau main bola?… Do you want to play ball?" dengan begini anak mengenal makna kalimat dalam 2 bahasa tersebut sekaligus.


4. Sekarang Arvin sudah bersekolah di sekolah biasa dan tidak bilingual. 
Bahasa ibunya semakin Lancar saja karena pergaulan dan proses belajar sehari-hari. Untuk memelihara kemampuan bahasa asingnya, saya putuskan menetapkan "English Day" di rumah 2-3 kali dalam seminggu, sehingga pemakaian kedua bahasa secara terus menerus terpelihara. Dalam English Day ini, kami menggunakan bahasa Inggris secara penuh di rumah. 


Mempersiapkan anak sulung menyambut kelahiran adik bayi


Di usianya yang ke-5 tahun, Arvin resmi menjadi kakak. Sejak tahu saya hamil anak ke-2 pada tanggal 25 Juli 2009, saya tidak menunggu lama-lama untuk membagi kabar gembira ini dengannya.
Saya adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Saya tahu betapa seru dan asyiknya mempunyai saudara (kakak – adik). Jadi saya SANGAT ingin Arvin merasakan hal yang sama.
Sejak hamil rasa sayang untuk calon adik sudah dipupuk. Tiap hari Arvin diajak bicara dengan dedek di dalam perut. Dilibatkan dalam merasakan gerakan-gerakan bayi dan ikut melihat citra USG ketika kontrol kehamilan ke dokter kandungan. Yang paling seru adalah melibatkan si kakak dalam pemilihan nama calon dedek bayi ;)
Menjelang semakin dekatnya hari kelahiran, selain count down kapan kira-kira bayi akan lahir, diajak juga count down berapa lama lagi Arvin akan jadi 'kakak' alias jadi  the big brother!
Saat hari kelahiran tiba, sepulang dari RS melihat adiknya, kakak pergi bersama papa dan diberi 'hadiah' sebagai souvenir "selamat ya sudah menjadi kakak!". Arvin senang sekali, hal ini juga menunjukkan bahwa transisinya menjadi kakak adalah hal yang penting dan patut dirayakan!
Setelah lahir, kakak sedapat mungkin tidak dilarang-larang untuk memegang, mencium, mengajak bermain dsb si adik bayi, karena larangan dapat membuat si kakak 'kecil hati' dan merasa tersisih (tentunya tetap dalam pengawasan).
Kakak selalu dilibatkan dalam mengurusi adik, membantu mengambilkan diaper, baju, menghitung pertambahan usia adik bahkan diajak 'menggendong adik'. Selalu ikut setiap kontrol ke DSA dan diajari ritual untuk saling mengucapkan "I love you". Memilihkan baju yang akan dipakai adik, memilihkan buku yang akan dibaca bersama dan juga memilihkan dan memutarkan DVD yang akan ditonton oleh adik.
Sekarang anak kedua saya Neo, sudah usia 7bulan. Sudah merayap kesana kemari, sudah bisa duduk, ngoceh dsb. Sekarang kebahagiaan kakak menjadi lebih kompleks, kakak bisa membacakan buku untuk adik, mengajak bermain, bernyanyi dan memainkan keyboard untuk adik.
Sejauh ini Arvin tidak pernah menyakiti adiknya, atau secara terang-terangan menyatakan bahwa dia merasa cemburu atau tersisihkan. Saya sangat bersyukur dan Berdoa semoga mereka akan selalu akur hingga mereka dewasa nanti.
Mempersiapkan anak pertama untuk menyambut kehadiran anggota keluarga yang baru adalah hal yang MUTLAK perlu. Untuk kebaikan si kakak sendiri, orang tua dan juga si adik bayi.


Bye-bye 2010, Hello 2011!

Tahun 2010, salah satu tahun paling bersejarah dalam hidupku! Tahun ini keluarga kami dapet anggota baru, anak kedua Eugeneo! Banyak kebahagiaan, kejadian lucu, kejadian mengejutkan dan serangkaian kebodohan, keluguan dan bahkan kekesalan terjadi di tahun ini. Hihi mulai seru sejak si gigi dua menampakan diri, kehebohan tengkurap, seseruan duduk sendiri, kecapean ngejar-ngejar mahluk yang 'merayap' kesana-kemari, sampai yang terakhir berdiri dan manjat-manjat furnitur!! Oohh.. Entah berapa liter keringet mama yang sudah dilap, entah karena capek, maupun stres dan cemas! Kehebohan mulai MPASI dengan makanan yang belepotan, berterbangan dan bersemburan dimana-mana.. Ya ampyun! Sibuk bikin pureé tiap kali ada waktu luang, sampe mata udah kayak garfield kurang tidur begadangan bikin MPASI frozen.. Hihi


Tahun ini juga Arvin, anak pertama, akhirnya sukses loncat ke kelas 1 dari TK A. Menjalani hari-harinya bersama anak-anak lain yang lebih tua, mempelajari pelajaran-pelajaran yang baru, seru dan kadang bikin mama deg-degan ngajarinnya! Hehe Setiap mulai yang namanya ujian semester, mid-semester, huh mama langsung panas dingin, migren kiri-kanan! Jungkir balik berusaha meluangkan waktu ngajarin Arvin ^_^" Puji Tuhan, pas bagi rapor nilai Arvin bagus semua! Mama banggaaaaa banget! bener-bener hadiah akhir tahun yang ruarr biasa! Luv you kakak! \(*^_^*)/
Belum lagi pagi-pagi mama yang gelagapan nyiapin bekal sekolah Arvin sambil juga nyiapin MPASI Neo dan sarapan! Phew.. Seru! Nyiapin buku-buku dan seragam sekolah yang cukup bikin pusing penjadwalannya.. Yukk.



Tahun ini juga khusus buat si papa. Ada lonjakan karier yang sangat penting buatnya.. Hmm, Tuhan itu baik sekali kan... ^_^

Untuk aku pribadi, tahun ini nggak ada duanya! Tahun ini sukses membuat diri sendiri bangga karena bisa memberikan ASI ekslusif buat Neo (sekarang 8bulan), memberikan MPASI buatan sendiri, mengurus keluarga- satu suami dan 2 anak- tanpa bantuan siapapun! No babysitter, No ART. Tahun ini lebih banyak belajar multitasking, bagaimana supaya lebih sabar, lebih ikhlas dan lebih menghargai anggota keluarga yang lain. Yang lebih penting dari pada itu, belajar untuk lebih bersyukur lagi!
Bye-bye 2010, tahun penuh kenangan yang tak terlupakan! Welcome 2011, tahun yang akan segera kami penuhi dengan kenangan-kenangan baru yang jauh lebih seru lagi! Amin!