Thursday, January 27, 2011
"Good Job!": Makna di balik pujian orang tua kepada anak
Wednesday, January 26, 2011
"Bye-bye bottle, Hello cup!": Tips membantu anak melepaskan kebiasaan minum dari botol dot
Monday, January 24, 2011
Ini dia si bayi 9 bulan!
Ada beberapa 'highlight' dari bulan ke-9 ini, diantaranya:
• bersiul!
Haha.. Iya nih, si bocil udah bisa bersiul. Gara-garanya mama suka bersiul-siul kalo lagi babywearing Neo di teras depan. Juga kalo habis nonton serial 'Castle' yang ending songnya orang bersiul, si mama pasti ngikut dan Neo memperhatikan dengan seksama. Awalnya Neo bikin mulutnya monyong-monyong gitu, geli aja liatnya. Wah belakangan ternyata ada bunyinya! Hihi masih lirih sih, belum nyaring banget tapi seru aja dengernya (doain sukses rekam videonya!)
•High Five
Nih 'high five' alias tos, sebenernya Neo uda bisa dari umur 6bulan, tapi baru belakangan ini high five-nya bener-bener berupa tepukan keras! Seneng deh, mana tiap diminta high five dia nggak bosen-bosen melayani! Hehe
•berda-dah ria
Sudah bisa melambaikan tangan buat papa dan kakak yang berangkat pagi-pagi. Seru banget, sampe sikunya ikutan
goyang. Asyiknya lagi Neo uda ngerti kalo yang di-Dadahin itu cuma orang yang mau pergi/pulang, jadi kalo mama cuma di seberang ruangan berdadah-dadah, pasti gak ada balesan..! (~_~) hihi
•manjat yang tambah canggih tekniknya
Dari masuk bulan ke-8, Neo sudah hobi manjatin apa aja, terutama badan mama dan kakak Arvin! Nah sekarang udah manjatin sofa, meja dst.. Kalopun nggak nyampe, dia akan cari injekan yang memadai. Contoh: kaleng biskuit nganggut yang nangkring deket sofa, tas sekolah kakak dll. Mama jadi deg-degan terus..! ;p
•panggil 'Papa'
Waktu awal-awal babbling, sekitar 6bulanan, Neo udah sempet bilang "pa..pa", tapi di hari-hari selanjutnya hilang entah kemana. Di bulan ke-9 ini muncul lagi, udah lebih mantep dan bener-bener ditujukan ke si papa. Si papa jadinya berbunga-bunga dong..!
•minum pake sedotan
Yay! Si mama memang sudah bertekad mengenalkan sedotan sedini mungkin, mengingat Neo nggak pake dot, jadi mari kita langsung ke sedotan aja! Dan ternyata niat itu disambut baik oleh Neo yang sejak percobaan pertama langsung sukses seruput minumnya lewat sedotan ;) memang kalau sedotannya diameter agak besar masih suka tersedak, tapi namanya juga belajar.. Ya nggak? Horee.. Pokoknya mama hepi sekali!
Hmm serunya hari-hari bersama Neo. Sehat terus ya nak. Mama, papa & kakak love you so much!
Tuesday, January 18, 2011
Bukan Ekspresi Cinta Biasa: Cara bayi mengekspresikan cintanya pada kita
Saturday, January 15, 2011
Perilaku bayi yang membuat orang tua frustrasi dan cara meresponnya
![]() |
| gambar diambil di sini |
Untuk membantu perkembangan bahasanya, kita bisa mengajarkan kata-kata yang akan diasosiasikan bayi pada Apa yang berbahaya dan apa yang aman. Misalnya, katakan "boleh pegang" pada barang-barang yang aman dipegang dan "tidak boleh pegang" pada benda-benda yang berbahaya. Jangan harap bayi langsung ngerti dan ikut lho.. Ini hanya salah satu usaha yang bisa kita coba. Yang terutama adalah memastikan tidak ada benda berbahaya di sekitar ruang gerak bayi. Selain penting untuk mengajari bayi tentang apa yang tidak boleh, di saat yang sama, penting juga untuk mengajarinya tentang apa yang menjadi miliknya.
Contoh, mama sedang berada di dapur memotong sayuran dengan pisau, si bayi nampak bersemangat untuk ikut dalam kegiatan mama, katakan "Ini bukan untuk Neo, ini pisau mama. Ini sendoknya Neo". Teknik ini disebut substitusi dan pengalihan, suatu pendekatan yang mungkin memang sudah kita lakukan secara instingtif, tiap kali kita menawarkan mainan miliknya sebagai ganti saat kita mengambil sesuatu benda yang tidak pantas dipegang/dimainkan oleh anak.
![]() |
| gambar diambil di sini |
Anda bisa berhenti mengambilkan tiap barang yang jatuh sebagai isyarat permainannya sudah berakhir. Kalau bayi sudah menyadari tidak ada lagi lawan main baginya, dia akan mencari permainan lain. Pahami bahwa meskipun bayi melempari makanan atau minuman yang anda berikan padanya, tidak berarti ia menolaknya, tidak suka ataupun mencoba untuk jadi si pemberontak.
Hanya satu alasan yang sederhana: ia ingin bermain dan berinteraksi dengan orang tuanya! Bila mama tidak berminat main 'jatuhkan-ambilkan', turunkan saja bayi dari kursi makan dan berikan mainan sungguhan. Habiskan beberapa menit untuk main, sampai dia siap untuk duduk dan makan lagi. Atau biarkan saja sippy cup yang sudah dijatuhkan itu di lantai, dan katakan "bye-bye sippy cup!". Lalu anda teruskan acara makan anda sendiri seperti anda ingin bayi meniru anda. Jagalah suasana makan tetap menyenangkan dan interaktif, lama-lama bayi akan mengikuti contoh yang kita tunjukkan.
Solusinya, ubahlah kegiatan ini menjadi permainan yang asyik. Coba bermain petak-umpet, tanyakan, "Mana ya tangannya Neo?" setelah memasukkan tangannya ke dalam lubang baju, serukan, "Ini dia tangannya!". Nyanyikan lagu yang sesuai, seperti Hokey Pokey: "You put your right hand in, put your left hand in and shake it all about..". Lagu andalan saya baik dengan Arvin ataupun Neo adalah Irama lagu Here We Go Round The Mullberry Bush, diganti dengan kalimat, "This is the way we put on our shirt.. Put on our shirt... This is the way we wear our clothes... Wear our clothes... So early in the morning!". Kemungkinan besar bayi akan bersemangat dipakaikan baju. Bila masih susah juga, pakaikan saja baju yang gampang dipakaikan pada bayi yang bergerak-gerak terus, misalnya model yang sangat simpel, minim kancing dan 1 sampai 2 ukuran yang lebih besar dari yang biasa dipakai bayi. Saat bayi mulai mendekati usia 2 tahun biasanya akan mulai muncul keinginan untuk memilih sendiri baju yang akan dipakai, hal ini akan memenuhi kebutuhan otonominya.
Monday, January 10, 2011
"...because God did a great job!" : Pelajaran tentang iman oleh Arvin
Begitulah selalu 'kiat' andalan kami di saat-saat sulit. Saya pikir itu suatu cara yang cukup baik menanamkan iman kepada Tuhan terhadap anak, karena menunjukkan bahwa selain semua usaha yang kita lakukan, pada akhirnya, bagian terpentingnya adalah menyerahkan semuanya pada Tuhan dan membiarkan Tuhan melakukan 'bagian'-Nya.
Peristiwa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, pada saat saya sedang hamil anak ke-2, usia kehamilan 2 bulan 2 minggu. Saat berada di kamar mandi di suatu sore, saya dikejutkan dengan adanya flek. Saya kaget dan terus terang langsung stres dan jadi sangat kuatir. Waktu itu di rumah hanya ada saya dan anak pertama saya Arvin (4thn). Saya menelepon suami yang masih ada di kantor, setelah yakin bahwa flek tersebut bukan pendarahan berupa darah segar dan semacamnya, kami sepakat untuk ke dsog saya nanti di malam hari, setelah suami pulang kerja dan menunggu jam praktek si dokter juga. Sementara itu suami menyuruh saya istirahat saja di tempat tidur.
Saya langsung berbaring, berusa untuk beristirahat dan tertidur, namun berbagai pikiran-pikiran aneh mulai bermunculan, "Bagaimana kalau saya keguguran?", "Bagaimana kalau si dedek bayi kenapa-kenapa?", "Bagaimana kalau belum sampai malam pendarahannya bertambah?" Dan banyak lagi pikiran buruk lain. Saking takutnya dan karena terlalu membiarkan semua pikiran buruk itu menguasai pikiran, saya mulai merasa sangat takut dan menangis.
Arvin, anak pertama saya yang sejak tadi memperhatikan mulai mendekati saya dan menanyakan,
"Mama, why are you crying?" saya kemudian memberitahu kalau saya kuatir terjadi sesuatu pada dede bayi, tanpa menjelaskan secara detail pada Arvin.
"Why? Mama have a tummy-ache ya?" dia bertanya lagi.
"Yes, I have a tummyache, Arvin" jawab saya, walaupun sebenarnya nggak sakit, tapi toh tidak mungkin juga saya jelaskan soal flek itu.
Arvin diam dan kelihatan berpikir sejenak.
"I will kiss-kiss to make it better ya?" katanya polos. Kalimat yang sama yang selalu saya ucapkan ketika dia jatuh, pusing, luka, sakit dan sebagainya.
"Yes Arvin, please!" volume aer mata jadi tambah banyak (antara stres dan terharu).
Lalu saya langsung ajak Arvin berdoa supaya dede bayi di perut nggak apa-apa. Selesai berdoa, Arvin langsung bilang, "Mama don't be sad ya! Stop crying. Because God did a great job! The baby is OK."
Saya langsung lega! Kok bisa-bisanya saya yang selalu meyakinkan dan menenangkan Arvin tiap dia sakit, jadi stres sendiri begini? Mungkin ini salah satu bukti bahwa lebih mudah menasehati orang daripada melakukannya sendiri ya? Yang pasti kekuatiran saya yang berlebihan itu langsung sirna dan berubah menjadi perasaan lega dan juga bangga pada Arvin yang sukses 'ngajarin' mama-nya tentang iman! Mungkin cuma hal sederhana, hanya kalimat biasa yang sering diucapkan, tapi saat itu maknanya luar biasa buat saya, apalagi Arvin yang mengatakannya ;)
Pada akhirnya, seperti kita tahu, si dede bayi memang baik-baik aja! Terlepas dari fakta bahwa saya selanjutnya disuruh bedrest 2 minggu ;p
Saya senang karena dalam menjalaninya saya penuh iman dan keyakinan bahwa semuanya baik-baik saja.. Tuhan sudah bereskan semuanya! Thanks to you kakak Arvin!
Mengenal "Attachment Parenting"
Thursday, January 06, 2011
Tips berbicara pada bayi usia 0-12 bulan
Bahkan ini adalah salah satu cara paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk membantu mencerdaskan bayi kita!
Sekarang mereka sudah lahir, bersama-sama dengan kita, waktunya kita ngobrol lebih seru lagi dengan mereka!
• Kontak mata
Sunday, January 02, 2011
Belajar bahasa asing a la Arvin, si anak bilingual

Mempersiapkan anak sulung menyambut kelahiran adik bayi
Di usianya yang ke-5 tahun, Arvin resmi menjadi kakak. Sejak tahu saya hamil anak ke-2 pada tanggal 25 Juli 2009, saya tidak menunggu lama-lama untuk membagi kabar gembira ini dengannya.
Saya adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Saya tahu betapa seru dan asyiknya mempunyai saudara (kakak – adik). Jadi saya SANGAT ingin Arvin merasakan hal yang sama.
Sejak hamil rasa sayang untuk calon adik sudah dipupuk. Tiap hari Arvin diajak bicara dengan dedek di dalam perut. Dilibatkan dalam merasakan gerakan-gerakan bayi dan ikut melihat citra USG ketika kontrol kehamilan ke dokter kandungan. Yang paling seru adalah melibatkan si kakak dalam pemilihan nama calon dedek bayi
Menjelang semakin dekatnya hari kelahiran, selain count down kapan kira-kira bayi akan lahir, diajak juga count down berapa lama lagi Arvin akan jadi 'kakak' alias jadi the big brother!
Saat hari kelahiran tiba, sepulang dari RS melihat adiknya, kakak pergi bersama papa dan diberi 'hadiah' sebagai souvenir "selamat ya sudah menjadi kakak!". Arvin senang sekali, hal ini juga menunjukkan bahwa transisinya menjadi kakak adalah hal yang penting dan patut dirayakan!
Setelah lahir, kakak sedapat mungkin tidak dilarang-larang untuk memegang, mencium, mengajak bermain dsb si adik bayi, karena larangan dapat membuat si kakak 'kecil hati' dan merasa tersisih (tentunya tetap dalam pengawasan).
Kakak selalu dilibatkan dalam mengurusi adik, membantu mengambilkan diaper, baju, menghitung pertambahan usia adik bahkan diajak 'menggendong adik'. Selalu ikut setiap kontrol ke DSA dan diajari ritual untuk saling mengucapkan "I love you". Memilihkan baju yang akan dipakai adik, memilihkan buku yang akan dibaca bersama dan juga memilihkan dan memutarkan DVD yang akan ditonton oleh adik.
Sekarang anak kedua saya Neo, sudah usia 7bulan. Sudah merayap kesana kemari, sudah bisa duduk, ngoceh dsb. Sekarang kebahagiaan kakak menjadi lebih kompleks, kakak bisa membacakan buku untuk adik, mengajak bermain, bernyanyi dan memainkan keyboard untuk adik.
Sejauh ini Arvin tidak pernah menyakiti adiknya, atau secara terang-terangan menyatakan bahwa dia merasa cemburu atau tersisihkan. Saya sangat bersyukur dan Berdoa semoga mereka akan selalu akur hingga mereka dewasa nanti.
Mempersiapkan anak pertama untuk menyambut kehadiran anggota keluarga yang baru adalah hal yang MUTLAK perlu. Untuk kebaikan si kakak sendiri, orang tua dan juga si adik bayi.
Bye-bye 2010, Hello 2011!





