Monday, August 01, 2011

"Apa Yang Lucu Sih?": Anak & Selera Humor

Arvin dengan "silly face'-nya

Diantara sekian banyak perkembangan dan kemajuan yang dialami anak, mungkin perkembangan selera humor (sense of humor) adalah sesuatu yang sering dilewatkan banyak orang tua. Padahal hal itu sangat penting.
Beberapa waktu belakangan, saya menyadari dan berusaha memperhatikan kenyataan bahwa selera humor Arvin (6tahun) sudah banyak berkembang dan berubah. Ada hal-hal tertentu yang bisa bikin dia tertawa terpingkal-pingkal dan kegelian, tapi ada juga hal lucu yang nampaknya belum 'nyampe' ke dia, jadi tidak membuatnya tertawa.
Si 6 tahun yang konyol ;)



Apa sih yang lucu menurut si 6 tahunku ini?

- Humor fisik/Slapstick
Di usia sekolah ini, Arvin bisa tertawa geli melihat misalnya adegan orang yang terpeleset kulit pisang, jatuh dan nyebur ke air, tokoh kartun yang tertimpa sesuatu, Spongebob yang terbelah dua, Tom cat yang jadi gepeng karena tertimpa anvil yang dijatuhkan oleh Jerry dan sebagainya. Tampaknya kekerasan justru membuat mereka tertawa. Lebih serunya lagi, ia akan memegang erat remote control dan mengulang-ulang adegan lucu favoritnya dengan histeria yang tetap sama!
Melihat hal seperti ini sebagai sesuatu yang lucu, sebenarnya menunjukkan bahwa anak sudah mulai bisa membedakan mana yang hanya adegan film/pura-pura dengan kenyataan. Anak bisa menangkap makna hiburan dari sebuah peristiwa. Tentunya orangtua harus selalu membimbing dan mengarahkan anak bahwa adegan demikian tidak nyata dan tidak untuk ditiru.

- Penggunaan kata yang salah/nggak tepat
Arvin menjadi sangat peka dengan segala bentuk kesalahan dalam pembicaraan maupun penulisan kata-kata, dan menganggap kesalahan-kesalahan ini lucu. Kita juga sebagai orang tua tidak luput dari protesnya, "Hii,.. Mama salah tuh nulisnya, masak N-nya cuma satu.. Mama ini gimana sih?" sambil tertawa kecil. Atau berbagai kesalahan yang saya buat saat sedang berbicara.
Hal ini sesungguhnya menunjukkan bahwa kemampuannya dalam hal perbendaharaan kata sudah sangat baik, kemampuan kognisinya dalam hal bahasa tertulis dan lisan juga baik. Makanya orang tua jangan marah kalau diprotes anak kesalahannya (baik dalam pengejaan, salah bicara dsb), justru bersyukur dan antusiaslah atas kemampuan anaknya!
Bila ingin ikut bersenang-senang bersama anak, sengajalah membuat kesalahan supaya anak bisa mengkoreksi, pancing dia dengan kesalahan yang disengaja. Misalnya katakan, "Mama mau masak dulu ya di kamar mandi.." atau "Kak, ayo ambil embernya. Kita mau bikin PR!". Dijamin anak langsung semangat untuk protes sambil nyengir dan tertawa geli.

- Yang 'jorok-jorok'
Satu hal yang kurang asik tapi tak terbantahkan adalah bahwa anak usia ini suka sekali menertawakan yang jorok-jorok. Mereka bisa tertawa histeris hanya dengan stimulus berupa: bunyi kentut, misalnya. Tak jarang mereka justru bermain-main dengan 'si kentut' atau sendawaan hanya utuk tertawa terpingkal-pingkal. Lelucon-lelucon seputar toilet dan pakaian dalam pun bisa jadi populer.
Memang mungkin orang tua merasa risih dan ingin melarang anak, tapi ini hanyalah salah satu fase yang menyenangkan dan lucu bagi anak, kalau tidak ada yang betul-betul dirugikan, dipermalukan atau membahayakan, tertawa sajalah bersama mereka! :)

- Ngerjain orang lain
Arvin tampaknya mulai hobi godain adiknya dan juga temannya, melemparkan bola pantai ke kepala adik, menaruh segala macam topi atau pun segala benda yang mirip dengan itu ke kepala adik, sembunyi dibalik dinding dan membuat kaget orang, menyembunyikan sandal/sepatu orang lain, meniup telinga, menggelitik orang yang lagi tidur dan berbagai kelakuan iseng lain. Orang tua perlu membiarkan keisengan ini sejauh tidak membahayakan atau mempermalukan orang lain, tapi selalu berikan batasan jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

- Menjelma jadi binatang
Tiba-tiba di samping sudah ada anak kecil yang duduk dilantai dengan 4 kaki, lidah menjulur, nafas terengah-engah dan menggonggong! Oh iya, mama lupa, Arvin kan lagi jadi anjing. Besok mungkin jadi kuda dan berikut jadi kura-kura. Semakin kita memperlakukan dia sebagai binatang, anak menjadi semakin seru dan tertawa senang. Toh hal ini berarti dia banyak mengenal banyak hewan dan gerak-geriknya, tidak perlu dilarang, ikuti saja selama itu membuat anak senang, tapi jangan diberi dog food betulan ya! :D

Apa sih pentingnya selera humor yang baik?

Anak-anak yang memiliki selera humor yang baik akan sangat terbantu dalam pergaulannya. Sama seperti orang pada dewasa, orang yang lucu dan dapat membuat orang lain tertawa atau justru mampu memahami dan tertawa bersama orang lain akan jauh lebih disukai, memiliki banyak teman dan pada akhirnya memiliki rasa harga diri (self esteem) yang tinggi. Mereka pun akan bertumbuh jadi orang yang lebih positif dalam memandang segala sesuatu. Mampu menghadapi kekeliruan diri sendiri, sehingga akan lebih toleran kepada orang lain. Lebih lagi, anak yang mampu 'menertawakan' kesalahan mereka sendiri juga akan lebih baik dalam menghadapi godaan, keisengan dan berbagai tantangan dalam pergaulannya, baik kecil maupun besar.
Humor juga merupakan salah satu cara meredakan stress. Hormon endorfin dilepaskan pada saat kita tertawa, sehingga membuat kita lebih sehat. Ingat pepatah: "Laughter is the best medicine?".

Apa yang bisa dilakukan orang tua?
Meskipun lelucon anak-anak ini kadang (jujur saja) terasa membosankan bagi orang tua, tapi kita nggak berhak lho melarang anak bersenang-senang dengan lelucon dan membatasi perkembangan selera humornya! Justru kita dituntut untuk selalu kreatif dan bersikap santai terhadap anak. Gunakan humor untuk memecah keheningan atau ketegangan, misalnya. Jangan ragu untuk ikut tertawa bersama anak, kalo anak mengajak perang bantal, anda masih ada tenaga dan waktu, lakukan saja! Apabila anak sedang tergila-gila pada lelucon atau teka-teki lucu, belikan saja buku teka-teki untuknya. Hitung-hitung hal ini bisa mendorong anak mencintai membaca, karena bisa menemukan kesenangan dalam kegiatan membaca.
Yang terpenting, orang tua juga sebaiknya menjadi panutan selera humor yang baik. Tunjukkan pada anak bahwa anda bisa menertawakan kesalahan anda sendiri dan carilah hal yang lucu dalam kehidupan sehari-hari. Jangan kaku, tertawa saja bersama anak.

No comments:

Post a Comment