Tuesday, April 19, 2011

Sukses Menyusui Dengan Anggun


Neo sedang menyusui dengan tenang
Sejak mulai hamil dan merencanakan untuk menyusui anak secara penuh (ASI eksklusif), saya berusaha mempersiapkan dan membekali diri sebaik-baiknya. Mulai dari segala artikel, bacaan dan buku-buku  pengetahuan tentang gangguan-gangguan menyusui dan berbagai tips menyusui dengan benar, saya lahap habis sambil menjalani kehamilan. Tapi ternyata, yang terpenting adalah mempersiapkan mental kita!

Berdasarkan pengalaman pribadi saya menyusui Neo (sudah berjalan 1 tahun lebih sekarang), ada beberapa kerangka berpikir atau mindset penting yang membantu dan memantapkan langkah saya sehingga mampu menikmati dan menjalani proses menyusui ini dengan 'anggun'.

1. Menyusui adalah hal yang normal.
Kita tentu tahu, begitu banyak pandangan salah tentang menyusui, seperti bahwa menyusui itu kuno, kampungan, pelit tidak mau memberi susu formula/alasan ekonomi, menyusui itu repot, membatasi aktivitas ibu dan banyak lagi. 
Hal yang sangat menguatkan saya adalah dengan menyadari bahwa menyusui adalah hal paling normal yang terjadi antara ibu dan bayi yang baru lahir. Semua mamalia menyusui anaknya, begitu pulalah yang NORMAL bagi bayi manusia. Justru bila bayi harus menerima makanan lainnya (padahal ASI tersedia), itu yang merupakan hal TIDAK NORMAL. Breastfeeding is the norm. 

2. Tidak perlu ragu dan malu untuk menyusui ditempat umum.
Banyak ibu menyusui yang ragu, bahkan tidak mau menyusui anak di tempat umum karena merasa malu, tidak pantas dsb. Sehingga pada saat diluar rumah, mereka menggantikan pemberian ASI mereka dengan Susu Formula dengan alasan kenyamanan. Sesungguhnya untuk kenyamanan siapa? Ibu? Orang sekitar? 
Meski belum banyak, di beberapa tempat umum sudah tersedia ruangan menyusui atau biasa dinamakan ruangan Ibu & bayi atau nursery room. Cari tahu keberadaan tempat-tempat ini bila berpergian atau perlengkapi diri dengan nursing cover bila memang diperlukan. Menerima ASI kapanpun dan dimanapun saat dibutuhkan  adalah HAK BAYI. Haruskah mengabaikan kebutuhan dan hak bayi hanya demi kenyamanan? Meski mungkin awalnya mungkin cukup sulit dan ibu merasa agak kaku, dengan persiapan, peralatan dan latihan yang cukup menyusui di tempat umum bukanlah hal yang sulit atau mustahil.

3. Jangan menganggap ini sebuah kompetisi.
Bayi ASI kan? Beratnya sudah berapa? Sudah bisa apa aja? Kalo kamu menyusuinya berapa lama? Stok ASIP di freezer berapa botol? Breastpump-mu merk apa? Kalo tiap mompa dapet ya berapa ml? Bisa berapa kali mompa sehari? Dan berjuta pertanyaan lainnya. Awalnya semua pertanyaan ini bertujuan sharing dan saling mendukung, tapi awas! Para ibu bisa terperangkap dalam persaingan yang tidak sehat.
Semua bayi berbeda dalam pertumbuhannya, gemuk-kurus tidak masalah, yang penting bayi dan ibu sehat. Pamer dan banding-bandingan stok ASIP (Air Susu Ibu Perahan)? Perlukah? Yang terpenting kita tahu kebutuhan bayi tercukupi setiap hari. Berapa lama seorang ibu menyusui pun tentu bervariasi tergantung kebutuhan dan kondisi masing-masing orang yang tidak mungkin bisa kita samakan, ya kan?
STOP menganggap proses menyusui ini sebagai kompetisi. Tidak ada kriteria ibu hebat yang 'paling sukses menyusui' dsb, yang terpenting kita berusaha melakukan yang terbaik semampunya dan hasil terbaik yang kita semua harapkan tentunya adalah bayi yang sehat, pintar dan bertumbuh kembang dengan baik, tanpa gangguan apapun.

4. Sugesti & afirmasi positif setiap hari.
Mensugesti diri dan juga bayi setiap hari sangatlah menguatkan bagi saya. Tiap kali menyusu, selalu saya katakan kata-kata positif, seperti "Neo minum yang banyak ya,.. Jadi anak sehat, pintar. Tenang aja, ASI mama pasti akan selalu cukup untuk Neo" dan juga beberapa afirmasi positif bagi diri saya sendiri, "Aku bisa menyusui Neo sesuai kebutuhannya dan pasti berhasil!". Lama-kelamaan hal ini menjadi kebiasaan yang juga paling penting menjadi doa bagi kami, pada akhirnya afirmasi positif ini menjadi sebuah self fulfilling prophecy. Berikut tulisan saya sebelumnya tentang kekuatan sugesti dalam keberhasilan menyusui.

5. Saling mendukung sesama ibu menyusui.
Bila memang mungkin, bergabung dengan kelompok ibu yang sama-sama menyusui, sehingga bisa saling berbagi, berkeluh-kesah dan merasa tidak sendiri. Saya sendiri tidak terlalu beruntung mendapat kelompok dukungan semacam itu di lingkungan saya, tapi.. Thank God for the internet! Bertemu sesama ibu menyusui (secara online) dengan berbagai pengalaman serupa sangat membantu pikiran saya tetap dalam perspektif yang benar setiap langkahnya. Tentunya yang tak kalah penting adalah mendapatkan dukungan penuh dari suami dan keluarga besar kita.

6. Targetkan yang terbaik sesuai kemampuan dan kebutuhan ibu.
Sebagian orang sudah menyusun rencana kapan mau berhenti menyusui bayi mereka dengan berbagai alasan, ada yang merasa sudah cukup di 6 bulan, 1 tahun atau 2 tahun dan mungkin lebih. Saya menargetkan bukan secara spesifik kapan saya mau, tapi kapan anak mau. Setelah 1 tahun ini, terus terang saya akan mulai memperkenalkan susu cair segar pada Neo, tapi saya akan serahkan semua padanya, entah dia suka atau tidak, yang pasti saya akan tetap menyusuinya selama yang dia butuhkan.
Menargetkan secara tidak realistis (misalnya HARUS berhenti pada usia anak 1 tahun), tentu akan sulit dan sangat mempengaruhi perasaan baik ibu maupun anak. Ibu yang tidak mau 'kelewat target' bisa jadi ngotot dan menghalalkan cara-cara yang kurang baik (misalnya mengolesi puting dengan benda-benda pahit, dsb) dan anak bisa jadi frustrasi. Bila kita memulai proses menyusui ini dengan indah dan penuh cinta, biarlah kita pun mengakhirinya dengan cara yang sama.

No comments:

Post a Comment