Wednesday, December 29, 2010

Kekuatan sugesti dalam proses menyusui


Menyusui adalah hal yang baru bagi saya. Meskipun sekarang sedang menyusui anak kedua, tapi anak pertama tidak lama menyusu, karena saya harus berpisah dan tinggal di kota yang berbeda. Ketika itu juga terus terang, saya masih awam dan pengetahuan tentang ASI masih sangat minim.
Sejak tahu hamil anak kedua, saya sudah gencar belajar banyak hal tentang menyusui, proses kelahiran dan sebagainya. Saya merasa 100% siap untuk menjalani semua prosesnya. Tapi ada hal yang saya 'temukan' yang menurut saya sangat menarik dan dominan dalam keberhasilan proses menyusui, yaitu SUGESTI. Baik sugesti diri, maupun sugesti kepada bayi.
Satu hal yang sangat ditakuti ibu yang menyusui adalah mengenai "Apakah ASI saya cukup untuk bayi?", "Apakah kebutuhan bayi saya sudah terpenuhi?". Apalagi berbeda dengan susu formula yang bisa ditakar/diukur jelas dalam pemberiannya, sehingga membuat ibu-ibu menyusui agak resah. Tidak terkecuali saya.
Memang salah satu faktor penting untuk supply ASI yang baik adalah nutrisi ibu. Ibu harus cukup makan & minum yang bergizi. Saya sedapat mungkin memenuhi hal itu. Tapi satu hal yang selalu saya lakukan setiap kali sedang menyusui adalah mengatakan dalam hati "ASIku lebih dari cukup untuk bayiku. Pasti!" bisa diucapkan dalam hati atau katakan saja biar lebih mantap! Begitu juga pada bayi, sambil memandang matanya yang jernih, mengelus rambutnya yang halus, saya katakan, "Neo minum yang banyak ya. Biar Neo sehat, pintar, cepat besar. Dedek nggak usah takut, ASI mama PASTI cukup untuk Neo". Selalu begitu berulang-ulang terutama diawal-awal proses menyusui karena tidak ada yang lebih penting daripada OPTIMISME.
Orang banyak yang berusaha 'menggoyang' keyakinan saya, apalagi dengan postur tubuh saya yang kurus (sudah dari sananya), mereka bilang "masa nggak ditambah susu botol? Cukup nggak pake ASI aja?" dan lain sebagainya. Namun saya tetap yakin pasti cukup. Sugesti diri ini juga merupakan doa yang saya panjatkan pada yang Maha Kuasa, pemberi ASI itu sendiri.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kuantitas ASI menurut ilmu yang saya pelajari adalah dengan sering-sering memberikannya. Karena prinsip ASI itu sendiri supply & demand. Semakin tinggi permintaan, persediaannya juga bertambah.
Berdasarkan pengetahuan ini, sebaiknya menyusui bayi secara teratur 2-3jam sekali agar ASI akan terus diproduksi. Malah jika bayi 'melompati' jadwal menyusu, bagusnya diperah/pompa agar si 'pabrik ASI' merasa bahwa permintaannya tetap.

Saya seorang ibu rumah tangga, tidak bekerja dan membawa serta anak kemanapun saya pergi. Jadi saya merasa TIDAK PERLU memerah ASI karena saya akan selalu available kapanpun bayi membutuhkan. Lagipula saya yakin yang 'fresh from the oven' pasti minim kontaminasi yang mungkin terjadi selama penyimpanan/pemindahan.
Sekali lagi, disini peran sugesti benar-benar terasa. Inilah saya sudah 8bulan menyusui bayiku secara ekslusif dan sama sekali TIDAK PERNAH memompa ASI atau bahkan membuat persediaan ASIP (ASI perah). Saya bahkan TIDAK PUNYA breastpump apalagi botol-botol penyimpanan ASIP.
Awalnya sempat ragu waktu mau memulai pemberian MPASI. Karena frekuensi menyusui akan 'tergantikan' dengan jadwal makan. Tapi keraguan saya sama sekali TIDAK TERBUKTI. Sudah 2 bulan sejak Neo mulai MPASI, saya menyusui sekehendak (on-demand). Memang selain karena makanan, di usia ini bayi sudah banyak bereksplorasi di lingkungan sekitarnya, jadi perhatian gampang sekali teralihkan, terutama saat menyusui. Namun saya tetap menawarkan pada bayi dan berkeyakinan teguh bahwa ASI saya tetap cukup dan akan selalu tersedia bagi bayi. Kata-kata sugesti selalu terucap dan terbawa di dalam doa-doa saya. "ASI mama pasti cukup dan akan selalu ada selama Neo membutuhkan. Amin!"
Jadi, yakinlah ASI saja pasti cukup untuk anak kita!

No comments:

Post a Comment