Sunday, October 30, 2011

Sikap dan Perilaku Unik si 6 tahun


Saya sudah tahu kalau yang namanya membesarkan anak itu nggak akan pernah mulus-mulus saja. Rutinitas hidup sehari-hari dan fakta bahwa kita menjalani hidup bersama anak setiap hari, kadang membuat kita 'lupa' bahwa mereka itu terus bertumbuh dan berkembang. Mereka berubah dari bayi kecil tak berdaya, menjadi manusia kecil yang punya pikiran dan kemauannya sendiri. Belum lagi kenyataan bahwa setiap anak itu unik dalam segala keberadaannya, menambah nuansa yang segar dalam tiap-tiap tahapannya. Pengaruh lingkungan, media, kematangan psikologis, sosial dan kognitifnya pun bersinergi bersama membangun dirinya yang sekarang ini.

Di tahun ke-6 saya dalam membesarkan Arvin, banyak hal-hal spesifik yang menarik, unik dan penting yang saya amati tentang dia, diantaranya:



1. Obsesi akan hal yang ia minati.
Sejak dulu Arvin adalah tipe anak yang betah (baca: jangka waktu lama dan intensif) kalau suka pada sesuatu. Tapi sekarang intesivitasnya itu berkali lipat, mungkin karena dia sudah bisa membaca dengan baik dan terlebih lagi fasih berinternet. Ya, saya memang nggak melarang penggunaan internet untuk Arvin, bahkan setiap kali ada pertanyaan atau ketidakpahaman yang berlarut-larut, dia pun nggak ragu untuk menawarkan 'solusi'nya: "Search aja di Google!". Yah, memang jaman bagi anak-anak sekarang ini sudah sangat berubah, sulit pula untuk mengusahakan mencari sumber informasi secara manual (misalnya ke perpustakaan). Jadilah, sekarang komputer saya sudah penuh sekali dengan berbagai informasi (gambar, video, artikel) mengenai dinosaurus, sea creatures, prehistoric sharks, kereta api, pesawat dan lain-lain (bagi yang ingin menyumbang External Hard Disk, silahkan. Hihi). Belum lagi buku-buku yang berkaitan dengan itu. Kelihatannya dia HARUS tahu dan paham tentang semua jenis hiu-hiu itu, kereta-kereta api itu, pesawat-pesawat itu dan reptil-reptil prasejarah yang sudah lama punah itu! Ya, baiklah nak. Mari kita cari info sebanyak-banyaknya!

2. Menjawab balik (talking back)
Nah, sekarang si anak SD ini sudah tidak lagi hanya berdiam diri kalau ditegur/dinasehati. Ada saja alasan, pembenaran dan gumaman yang keluar dari mulut cowok kecilku itu. Kadang terdengar lucu, tapi lebih sering tidak. Kalau sudah begitu, terpaksa mama menggelar kuliah tata krama dadakan. ;^p Ini merupakan fase yang normal, saya yakin, tapi tentunya tidak untuk dipupuk. 
"Kok sampe jam segini belum makan? kan dari pulang sekolah tapi belom makan apa-apa?" tanya mama. Arvin pun menjawab, "Orang belom laper kok Arvin, disuruh-suruh makan terus. Masih main ini." sambil pasang tampang bete dan kembali memainkan mainannya. 
Saat dia berlari-lari di rumah dan menyenggol tumpukan barang hingga jatuh berantakan, mama pun beseru, "Ih kok jalannya nggak liat-liat sih Arvin?". Jawab Arvin enteng, "Makanya ma, jangan taruh barang disini, kan orang lewat-lewat..". Logikanya yang telah berkembang banyak 'membantunya' menyusun berbagai kalimat jawaban bagi tiap komentar dan seruan mama. Hmm...


3. Memperhatikan penampilan.
Arvin sekarang jauh lebih cerewet untuk urusan penampilannya, soal sepatu sekolahnya yang berdebu-lah, rambutnya yang sudah 'panjang kayak apaan'-lah, sampai kenapa saya memilihkan kaos kaki tertentu, bukan yang lain. Nasehat fashion dari mama yang biasanya ditelan bulat-bulat sekarang ditolak mentah-mentah. "Vin, pake sendal yang coklat aja, kalo pake yang putih kurang matching!" Eh, tetep yang diambil yang putih. Alasannya, "Arvin mau pake yang ini aja, lebih keren..". Pagi-pagi saat bersiap ke sekolah, dia yang paling cerewet kalo mama lupa menyemprotkan cologne ke badannya. Hihi, anakku sudah bujangan rupanya!

Arvin oh Arvin
4. Menghargai pertemanan.
Di usianya ini, tampaknya penting sekali bagi Arvin kalau seseorang mau berteman dengannya atau tidak. Berbagai hal terjadi di sekolah, mulai dari pelajaran, interaksi dengan guru dan teman-teman, tapi siapa-siapa saja teman yang mau berteman dengannya lebih menjadi pusat perhatiannya.
Suatu ketika (saya tahu dari gurunya) bahwa ia pernah dimarahi guru di kelas karena tidak selesai mengerjakan soal latihan, tapi sedikitpun tidak dia ceritakan pada saya, yang dia ceritakan malah, "Ma! Jessica sekarang sudah mau main loh sama Arvin!" dengan wajah berseri-seri. "Tadi waktu Arvin bikin muka-muka aneh, dia senyum." Sebuah peristiwa sederhana (yang mungkin bagi saya biasa saja), tapi sangat membekas baginya, lebih dari omelan ibu guru (biasanya dulu tiap kali dimarahi/ditegur guru, Arvin pasti cerita sama saya). Setelah saya review ke beberapa minggu yang lalu, baru saya ingat lagi betapa sedihnya Arvin waktu menceritakan bahwa seorang temannya yang bernama Jessica tidak mau bermain dengannya. 
Begitu juga dengan pergaulan teman-teman di sekitar lingkungan tempat tinggal. Memang sih ada beberapa anak yang menurut saya kurang 'asyik' dan saya pun sebenernya kurang berkenan kalau Arvin main sama mereka, karena penggunaan bahasa yang kasar dan kotor. Sebagai pendatang baru, anak-anak itu seakan membangun dinding pemisah dan tiap kali bermain Arvin cenderung dikucilkan. Cukup sulit bagi saya untuk menjelaskan pada Arvin saat dia menanyakan kenapa anak-anak itu berperilaku demikian, sedangkan teman-temannya di sekolah sebagian besar bisa segera menerima dia. Dia sangat sedih mendapat penolakan yang sedemikian, dan terus terang, apalagi saya! :'(

5. Cuekin mama alias pura-pura nggak dengar.
O-o! betapa menyebalkannya perilaku yang satu ini! si sulungku mulai mengembangkan pendekatan pura-pura nggak denger tiap kali disuruh melakukan sesuatu (terutama kalau dia sedang asyik dengan sesuatu), ditegur atau sekedar dipanggil. Kadang saya perlu memanggil beberapa kali sampai ia meresponnya, padahal saya yakin seyakin-yakinnya dia BISA mendengar saya. Mungkin karena ia ingin menunda dan mengulur-ulur waktu untuk bisa melanjutkan keasyikkannya, apapun itu, atau mungkin malah berharap mama menyerah dan melakukan tugas itu sendiri. Entahlah, tapi yang pasti mama tidak akan mulai 'pura-pura maklum'! :D Mata kuliah tata krama 2 pun dimulai! 

Satu hal penting yang saya petik adalah bahwa seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua pun harus ikut bertumbuh dan berkembang bersama anak. Bila kita terus hidup di masa lalu, dimana si anak adalah kecil yang penurut, pendiam, bla bla bla, tentunya kita akan banyak 'sakit hati' dan 'nggak terima' dengan segala perkembangannya. Masa iya sih kita mau punya anak yang hanya terima mentah-mentah dengan semua ucapan adan penjelasan kita tanpa adanya pemikiran yang kritis untuk menyanggah? meski tidak sepenuhnya mudah dihadapi, tapi lama-kelamaan anak memang semakin dewasa dan kita harus belajar untuk menghargai itu. 
Hal lainnya yang menjadi hikmah adalah sebisa mungkin ikuti terus minat anak, percaya deh, selama kita terus mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang yang menjadi minat mereka, maka percakapan yang seru, hubungan yang manis dan kedekatan sehari-hari bisa senantiasa terjalin. Pelihara antusiasme kita terhadap mereka setiap hari! 
Ah, dalam 6 tahun saja sudah banyak yang bisa saya dipelajari, nggak sabar rasanya menjalani apa yang ada di tahun-tahun yang akan datang. 



Saturday, October 29, 2011

Reusing Idea: Rainstick dari kaleng Pringles


Sejak dulu saya DOYAN banget dengan Pringles, mulai dari rasa Original sampe Seaweed, meski tentu juaranya adalah si Chessy Cheese. Selain rasanya yang adiktif, satu hal menonjol dari Pringles adalah kemasan tubularnya yang menarik. Tentunya langsung masuk dalam kategori 'dibuang sayang'nya saya :D Selain fungsi utamanya yang sangat jelas, sebagai tempat penyimpanan, kaleng Pringles banyak berubah menjadi mainan buat anak-anak saya. Bahan dasarnya yang mudah diolah (tidak seluruhnya terbuat dari bahan kaleng), membuatnya ringan dan cukup mudah untuk dipotong. 

Selain membelikan mainan umum seperti mobil-mobilan, pesawat dan berbagai binatang, mainan yang saya sediakan buat cowok-cowok saya ini adalah alat-alat musik. Nah, sejak Arvin masih kecil saya pengen banget punya rainstick, tapi belom kesampaian sampai sekarang. Di usia balita Neo sekarang yang senang akan bunyi-bunyian dan juga mengguncang segala sesuatu, ditambah lagi timbunan kaleng pringles yang mulai berdebu di meja, saya tertantang membuat rainstick sendiri. Caranya? yuk mari disimak.

Bahan-bahan:
- 1 kaleng kemasan Pringles
- 1 bungkus craft stick/stik es krim
- kertas/plastik pembungkus
- lem
- cutter tajam/craft knife
- selotip transparan/lak ban
- beras sekitar 4 sdm








Cara membuat:
1. Buat potongan di sekeliling kaleng pringles menggunakan cutter atau pisau, jangan terlalu lebar, hanya selebar craft stick yang digunakan saja. 
2. masukkan craft sticks ke dalam lubang-lubang yang sudah dibuat di sekeliling kaleng. Banyaknya lubang yang dibuat terserah saja, dikira-kira sudah cukup atau belum.
Akan tampak seperti ini:


3. Setelah itu, lem tiap-tiap sudut pertemuan antara lubang dan craft stick, biarkan hingga mengering (minimal 2 jam).
4. Setelah lem mengering, potong lebihan craft stick yang mencuat menjadi pendek (sedekat mungkin ke permukaan kaleng).

5. Saya mendapati bahwa hasil potongan ini cukup tajam, mengingat jari-jari kecil tercinta yang akan memainkannya, saya membungkus sekeliling kaleng dengan selotip transparan (lak ban).







6. Karena permukaan yang tidak rata, saya mengurungkan niat untuk membungkus si kaleng menggunakan kertas pembungkus yang sudah saya siapkan dan justru menggantinya dengan palstik bercorak funky yang bisa saya temukan di rumah. Hasilnya luamayanlah, jadi lebih eksotis! hehe. 

Tips:
^ Untuk bunyi 'hujan' yang lebih  lama, rainstick sebaiknya dibuat dari tabung yang lebih panjang (semakin lama bagi beras untuk turun/bergerak dari satu ujung ke yang lainnya). Bila punya tabung yang lebih panjang, tentunya hasilnya akan semakin baik.
^ Inti dari membuat rainstick adalah membuat 'penghalang' bagi beras agar tidak langsung jatuh saat tabung dibalikkan, melainkan bergerak perlahan dan menghasilkan bunyi yang seperti hujan. 
^ Bila dipegang secara horizontal dan digoyangkan maju-mundur, bisa jadi alat shaker biasa.

Si Rainstick nangkring dengan serasi bersama alat-alat musik lainnya :)

Tuesday, October 25, 2011

Homemade Toy: Itty Bitty Teenie Weenie Dollhouse


Ini adalah proyek crafting spontan gara-gara nemuin kotak kosong pembungkus si hape butut. Seperti biasa, idenya muncul berawal dari suatu frase yang begitu melekat pada diri saya: "Dibuang sayang" ;^p jadi langsung dipikirkan, apa ya yang bisa dibuat dari kotak mungil, hitam tapi kuat ini (bahannya tebal dan gak gampang penyok). Bagian dalamnya halus dan ada busa tipis yang cocok banget dipakai jadi 'karpet' rumah.  Maka, dengan berbagai pertimbangan tersebut, disusunlah si rumah-rumahan mini ini. Bahan-bahan pembuatannya atau lebih tepat disebut, penyusunannya, semua tersedia di rumah, jadi saya pikir kenapa nggak?

Mari kita berkreasi! 
Bahan-bahan:
- balok-balok kayu mainan
- kotak pembungkus handphone
- orang-orangan/boneka
- tutup botol bekas
- kertas warna
- lem/double tape

Cara membuat:
1. Bentuk berbagai furnitur rumah menggunakan balok kayu mainan, tempelkan dengan lem (permanen) atau double tape (cukup kuat, tapi juga mudah dilepas). Penggunaan balok kayu mainan ini pas banget, soalnya warna-warni, kontras dengan si kotak yang hitam polos. 
2. Buat hiasan dengan menggunakan kertas warna (contoh pada TV set, lemari) atau bisa menggunakan bahan apa saja yang dimiliki.
3. Gunakan tutup botol bekas sebagai pot bunga (gunakan apa sajalah, namanya juga kreasi sendiri kok!), tutup botol parfum sebagai bak mandi dan sebagainya (intinya bahan yang dipakai nggak dibeli alias sudah ada di rumah). 
4. Susun perabot didalam kotak.
5. Kalau punya waktu lebih, bisa dihias agar jadi jauh lebih bagus.

Saya suka craft ini karena bisa dengan mudah dirapikan dan juga bisa dibawa-bawa. Tinggal disusun isinya dengan rapi di dalam kotak, kelar deh. Karena penempatan perabotnya juga nggak permanen, jadi bisa dirubah sesuka hati anak. 

Semoga menginspirasi dan selamat mencoba!



Monday, October 24, 2011

The #1 Birthday: Simple. Small. Spontaneous. Sweet. Sanguine.


Pleased to look forward, pleased to look behind,
And count each birthday with a grateful mind.
 - Alexander Pope

Neo couldn't wait to get the Strawberries... ;p

not a wish, actually, but a prayer that said: Thank You God for the past that's gone, because I know the best is always yet to come.

Arvin would've won 'The Best Candle-blowing Award' :D Love my little boys so much!

Super excited to cut the cake ;D

Thank you sis, for such a sweet reminder that I am loved. 

Couldn't ask for more. 

Words are not needed,
Our bond has been seeded.
A special connection,
Happy birthday perfection.
Martin Dejnicki


**Photos by. Echan.

Saturday, October 22, 2011

Homemade Toy: Discovery Bottle


Sama seperti posting sebelumnya tentang sensory bottle, kali ini benda-benda di dalam botol yang jadi pusat perhatiannya. Disebut Discovery bottle, karena sambil menggerakkan dan memutar botol, anak belajar menemukan dan mengenali benda yang ada di dalam botol. Ini merupakan media belajar yang bagus banget untuk balita yang masih menambah perbendaharaan kata-katanya. Lagipula mainan ini memberikan efek menenangkan hanya dengan memandangi saja. 

Bahan-bahan:
- Botol plastik bekas
- air bersih
- lem waterproof
- Segala macam benda-benda kecil dan pernak-pernik yang ada di rumah dan bisa muat di dalam botol! 😀
Adapun benda-benda yang kami masukkan ke dalam botol adalah kancing, koin, manik-manik bentuk bunga dan bintang, bola, kelereng, glitter, confetti, pita sutra, pita transparan, tumbuhan plastik, googly eyes, sedotan plastik warna-warni yang dipotong-potong, orang-orangan board games dan seterusnya. Sungguh nggak ada batasannya, kecuali benda yang tidak tahan air tentunya seperti kertas, kayu dan besi. 

Cara membuat:
1. Masukkan semua pernak-pernik dan benda-benda kecil ke dalam botol yang sudah dibersihkan. 
2. Perlahan tuangkan air ke dalam botol, hati-hati jangan sampai terlalu penuh karena benda-benda ringan seperti manik-manik dan confetti akan meluap keluar. 
3. Agar aman dan tahan bocor, beri lem pada ulir botol atau tutup botol. 



Seperti biasa, para krucil sangat senang dan penuh semangat bereksperimen dengan 'mainan baru' mereka. Discovery bottle ini terutama saya tujukan untuk Neo sebagai alat belajar menamai benda dan juga mengenal warnanya. Bahkan Arvin yang sudah pernah punya sensory bottle sebelumnya (waktu masih seumuran Neo) pun ikutan seru juga memainkan si botol cantik. 
Eh, tapi bukan berarti nggak ada poin pembelajaran buat si anak usia sekolah lho,.. Discovery bottle ini dapat digunakan untuk memicu diskusi kenapa ada benda yang tenggelam di dasar botol dan kenapa ada yang mengapung di atas. Apa alasannya? begitu juga dengan benda yang bergerak cepat di dalam air dan yang geraknya lambat. Apa penyebabnya? Selalu ada cara lho untuk menemukan teachable moments!



Tertarik untuk membuatnya? gampang sekali kok. Selamat mencoba!

Friday, October 21, 2011

Homemade Toy: Water & Oil Bottle (Wave Bottle)




Ide ini berawal ketika saya sedang memilah-milah perlengkapan mandi Neo, saya menemukan 2 botol baby oil yang masih 3/4 penuh karena jarang dipakai. Salah satunya malah akan expired dalam 2 bulan ke depan! Hmm, dibuang sayang? Jadilah muncul ide membuat sensory bottle untuk Neo dan Arvin. Sebenarnya dulu waktu Arvin masih seumur Neo, saya pernah juga membuatkan sensory bottle untuknya, jadi ini bukan hal baru buat saya (dan Arvin).


Disebut sensory bottle karena tujuannya untuk merangsang sensori anak (dalam hal ini penglihatan) dengan warna dan gerakan-gerakan kecil, cepat atau lambat yang menarik untuk diamati. Tujuan utamanya adalah semata-mata sebagai obyek eksperimentasi dan observasi anak, sehingga sangat cocok untuk anak-anak terutama usia 1 tahun ke atas (tangan anak sudah kuat memegang botol berisi air). Gerakan-gerakan seperti memutar, mengangkat dan mengocok botol pun dapat melatih kematangan motorik si kecil.
Saya akui, sebagai orang dewasa pun saya sangat menikmati memandangi busa-busa kecil dan besar yang bergerak kesana kemari, perlahan kembali menjadi sekumpulan minyak dan air. Ada faktor therapeutic juga saat memandanginya.  


Bahan-bahan:
- botol bekas, bisa plastik atau kaca (saya menggunakan botol bekas obat batuk dan botol bekas soda)
- air bersih (sebaiknya air minum supaya benar-benar jernih)
- pewarna makanan
- glitter, manik-manik dan sejenisnya
- baby oil/mineral oil (minyak sayur juga bisa kalo mau)
- lem waterproof

Cara membuat:
1. Cuci bersih botol bekas dan keringkan.
2. Buatlah air menjadi berwarna menggunakan pewarna makanan (bisa juga menggunakan tinta yang cair, TAPI jangan gunakan cat, seperti cat air, cat poster, cat tempera; karena lama-lama akan mengendap).
3. Tuang air berwarna ke dalam botol, sebaiknya menggunakan corong, usahakan leher botol tidak basah.
4. Bila ingin, tambahkan glitter dan manik-manik ke dalam air warna, tapi jika ingin glitter dan manik mengapung, masukkan belakangan setelah minyak dituang ke dalam botol.
5. Tuangkan minyak ke dalam botol perlahan sampai penuh tapi jangan sampai meluap.
6. Bubuhi lem waterproof ke dalam ulir tutup botol atau ulir leher botol, lalu tutup perlahan hingga kencang. Lem ini berguna untuk menjaga kebocoran pada tutup botol, sehingga mainan jadi awet. Jadi deh wave bottle untuk si kecil!

** Tips memainkan:
• Bila botol dipegang/diletakkan secara horizontal dan digerakkan perlahan, gerakannya akan menyerupai ombak di lautan, makanya disebut juga 'Ocean In A Bottle'.


• Bagi si batita saya (Neo) bagian terasyiknya bukanlah pada keindahan gerak lambatnya, tapi justru jutaan gelembung yang terbentuk pada saat botol dikocok dengan seru. "Bubbles! bubbles!" serunya.

• Untuk anak yang lebih besar (usia sekolah seperti Arvin), sambil memainkan botol, bisa jadi momen untuk mengajarkan tentang fakta bahwa air dan minyak yang tidak bisa menyatu, beserta apa alasannya dan juga mengenai sifat air yang bentuknya selalu mengikuti wadahnya dan lain-lain. Gunakan imajinasi dan pengetahuan kita seluas-luasnya!
• Coba pandangi botol di bawah lampu dan di bawah sinar matahari untuk sensasi tampilan yang lebih bagus.


# Catatan:
Kesalahan saya dalam membuat wave bottle yang hijau, pewarnaan airnya terlalu pekat, padahal lebih baik kalau warnanya tidak terlalu gelap, supaya manik-manik dan berbagai hiasan kecil yang kita masukkan di dalam botol bisa lebih jelas terlihat.

Selamat mencoba!

Thursday, October 20, 2011

Homemade Toy: Pipe Cleaner Buddies

Meet our pipe cleaner buddies a.k.a boogie buddies!
Salah satu bahan kerajinan yang paling mudah dibentuk dan dikreasikan adalah pipe cleaner (kawat berbulu), di toko-toko bahan kerajinan, disebut bulu mercy (nggak tau juga kenapa..).
Saat lagi santai dan nggak ada kerjaan yang berat, asyik banget dipakai buat bikin para manusia pipe cleaner ini. Bisa dimainkan dengan apa saja, Arvin sudah memainkan mereka bersama kereta-kereta api, rumah-rumahan, mobil-mobilan, bahkan sebagai puppet saat sedang bercerita. Bentuknya yang super simpel dan ukurannya yang lumayan kecil, membuatnya gampang dibawa-bawa. Sifatnya yang fleksibel, membuatnya jadi mainan yang juara! Bisa duduk, berdiri, berpose dan sebagainya. Jika punya pipe cleaner di rumah, nggak ada alasan untuk nggak membuatnya. Total waktu pembuatan paling lama 15 menit, kalau bisa kerja ngebut pasti bisa lebih cepat. Caranya super gampang! (Peringatan: membuat pipe cleaner buddies bisa jadi adiktif lho,..alias susah berhenti, kecuali bahannya habis! hehehe)

Bahan-bahan:
- pipe cleaner (untuk 1 boneka pakai 3 buah)
- mata plastik/googly eyes
- kertas warna
- manik-manik kayu (optional)
- lem
- benang sulam




Cara membuat:
1. Lipat 1 buah pipe cleaner tepat di tengahnya. Jika ingin memberi rambut, selipkan beberapa helai benang sulam di sudut lipatan, kemudian putar/pelintir sudut tersebut sehingga rambutnya aman/tidak mudah terlepas (pada boneka yang cowok, pemberian rambutnya belakangan, setelah boneka selesai dibuat). Lalu bentuklah lingkaran dengan bantuan jari, untuk membentuk rangka kepala boneka. Lilitkan pipe cleaner lain pada lingkaran rangka wajah boneka hingga penuh dan membentuk wajah boneka. 
2. Pelintir/putar 1 buah pipe cleaner lagi pada sebatang pensil sehingga membentuk spiral, lalu masukkan ke dalam pipe cleaner pertama yang sudah dilipat dan diberi rambut tadi sampai ke bagian bawah dagu. Spiral ini digunakan sebagai bagian torso dari boneka. 
3. Potong lagi sebuah pipe cleaner untuk digunakan sebagai tangan, panjangnya dikira-kira saja. Lalu pasang bagian tengah bagian yang dipotong itu ke bagian leher boneka, pelintir supaya mantap dan terkunci. Jika ingin, masukkan manik kayu pada ujung-ujung tangan agar lebih menarik. 
4. Terakhir, pisahkan bagian bawah pipe cleaner awal, mulai di bagian bawah torso, sehingga membentuk kedua kaki. Dengan menggunakan jari, buat lagi lingkaran sebagai telapak kaki boneka agar boneka bisa berdiri. 
5. Setelah boneka jadi, tempelkan mata plastik dan mulut yang terbuat dari kertas warna pada bagian wajah boneka. 

Selamat mencoba ya... :)

**Sumber ide: FamilyFun.com

Wednesday, October 19, 2011

Homemade Toy: Marble-ous Maze



Saya suka banget cari ide dan inspirasi art craft di internet, terutama ide-ide mainan buatan sendiri (DIY=Do It Yourself). Saya suka anak-anak saya memainkan mainan buatan sendiri, karena hal ini mengajari mereka bahwa mainan asyik itu bukan hanya yang dibeli di toko dan harus yang harganya mahal. Saya pun menyukai konsep reusing dan recycling dan berusaha mengenalkannya pada anak-anak saya. Mereka perlu tahu bahwa apapun bisa kita buat dari barang-barang yang tak terpakai dan seringkali dianggap cuma 'sampah'.

Ide Marble Maze ini saya dapat dari website keluarga super keren Family Fun. Setelah melihat ide craft ini dan fakta bahwa saya punya semua bahan-bahannya di rumah, maka saya pun segera membuatnya. Asyiknya, waktu yang diperlukan nggak lama, paling sekitar 45 menit hingga 1 jam saja!


Bahan yang diperlukan:
- Tutup kotak sepatu bekas
- Cat (saya pakai cat Tempera)
- 5 buah sedotan plastik
- Pensil/pulpen
- Penggaris untuk mengukur dan menggambar garis
- Gunting
- Lem
- 1 buah kelereng

Cara membuat:
1. Pertama-tama saya cat dulu permukaan dalam tutup kotak, sebetulnya nggak dicat juga nggak apa-apa sih, tapi supaya kelihatan lebih menarik dan kesan homemade-nya juga keliatan banget. kalo ingin cepat dan hasil yang lebih terang warnanya, bisa juga dilapisi pakai kertas warna. 
2. Gambarkan pola maze dengan menggunakan pensil/ pulpen dengan bantuan penggaris.
3. Potong-potong sedotan plastik sesuai dengan ukuran yang sudah kita gambarkan.
4. Tempelkan potongan sedotan berbagai ukuran ke permukaan garis yang sudah kita gambar. Jadi deh! Mudah kan...??


Arvin (6tahun) senang sekali waktu pertama kali diberimainan ini dan langsung memainkan Marble Maze-nya ini, dengan bangga dia mengatakan ke orang-orang bahwa mama yang membuatkan untuknya. Bagi saya tentu menjadi kebahagiaan tersendiri melihat anakku menyukai dan benar-benar memainkan mainan buatan saya.
Cukup lucu juga kalo dipikir, karena ini kali pertama Arvin memainkan Marble Maze asli, biasanya dia memainkannya di App yang ada di handphone. Menurut pengakuannya, nggak kalah asyik lho!


Selamat mencoba ya!

Monday, October 17, 2011

Neo si bocah 1,5 tahun!

Nggak terasa, bulan ke-18 itu sampe juga. 6 bulan lagi, neo udah mau ulang tahun yang ke-2. Perjalanan meninggalkan masa bayi sudah semakin jauh. Seru. Lucu. Heboh. Repot. Capek. Hepi.
bocah yang murah senyum

mulai suka corat-coret

lagi seru main'gitar' pake kotak crayon

Jreng-jreng,... I wanna be a rock n roll star!

bocah dengan sejuta ekspresi

terpana ngeliat si 'kotak ajaib'

capek ah,... baringan dulu