Saturday, May 28, 2011

Mau Mengajarkan Anak Kebiasaan Buruk Sekaligus Membahayakannya?


Beberapa waktu yang lalu, saya terganggu sekali dengan kejadian yang mungkin dianggap sebagian orang tua/keluarga sebagai hal yang 'biasa' saja. Apakah anda berpikiran sama?

Di suatu suatu siang yang cukup terik, saya berdua Neo (12bulan) sedang duduk-duduk santai di teras. Nggak lama seorang anak laki-laki usia 9tahun (anak tetangga) lewat di samping rumah. Tanpa topi, tanpa payung atau benda lainnya sebagai pelindung kepala di tengah panas terik itu. Saya agak kasihan melihatnya. Karena merasa kenal, saya sapa,
"Mau kemana, Nal? Panas-panas begini?" apalagi melihat baju seragam sekolah masih melekat di tubuhnya, pertanda ia belum lama pulang dari sekolah.
"Mau ke warung tante.." jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Wih, mau beli apa nih?" tanya saya lagi, berbasa-basi. Saya mengharapkan jawaban seperti, beli minuman dingin atau es krim, dan sebagainya.
"Ini tante, papa suruh beli rokok." sambil menunjukkan uang di tangannya.
"Oh,.. Hati-hati ya Nal" jawab saya lesu. Ia pun berlalu.
Beberapa saat kemudian ia kembali dengan sebungkus rokok di tangan sambil menyeruput segelas minuman dingin kemasan.

Ini hal biasa kan? Di masyarakat kita? Menyuruh anak kecil (yang dianggap sudah cukup umur untuk pergi sendiri) ke warung untuk membeli barang dan sebagainya?
Saya tidak akan mau melakukannya pada anak saya! Kenapa?



* Alasan keamanan.
Menyuruh seorang anak pergi sendiri tanpa orang dewasa menemani sudah cukup membuat saya gelisah, karena anak kadang banyak yang belum konsentrasi penuh dalam berjalan kaki, belum terlalu paham dan sepenuhnya memenuhi aturan pejalan kaki, seperti berjalan di sebelah kiri dan menoleh ke kanan-kiri sebelum menyebrang jalan. Hal ini bisa sangat berbahaya bagi anak. Saya tahu di daerah rumah saya, menuju ke warung itu jalanannya ramai, banyak kendaraan lalu lalang. Membayangkannya saja saya sudah 'ilfil'.
Belum lagi bahaya lain seperti kejahatan di jalan, seperti copet/jambret, penculikan, pemalakan dan lain sebagainya. Haduh!

* Memanfaatkan anak untuk memenuhi kebutuhan orang tua. Memupuk kemandirian anak dengan memberikan tanggungjawab ekstra memang baik, bila dilakukan dengan benar, seiring dengan perkembangannya. Tapi tanggung jawab seperti apa? Di mulai dari tanggung jawab sehari-hari di rumah, minimal untuk keperluannya sendiri, misalnya menyiapkan buku pelajaran untuk sekolah besok, membereskan piring bekas makan, membereskan tempat tidurnya dan sebagainya. Bukan dengan menyuruh anak melakukan hal yang seharusnya menjadi tugas orang tua! Tanggung jawab pergi ke toko untuk membeli kebutuhan si ortu sendiri TIDAK seharusnya dibebankan ke anak. Kalau anda tahu anda membutuhkan rokok setiap hari, bekali diri dengan suplai rokok yang cukup atau lebih bagus lagi pergilah sendiri ke warung dan belilah, penuhi kebutuhan anda sendiri.

* Mengajari kebiasaan yang buruk secara langsung, maupun tidak langsung.
Pada kasus si anak tetangga, ia seringkali disuruh ayahnya membelikan rokok di warung. Tentu saja sebagai motivator, si anak diperbolehkan jajan menggunakan sisa uang membeli rokok. Anak tentunya senang, karena dia pun mendapatkan 'keuntungan' dari hal ini. Padahal yang sesungguhnya tejadi dalam pikiran anak adalah:
Membelikan rokok buat papa = aku bisa jajan di warung.
Membelikan rokok buat papa = papa senang.
Papa senang = aku senang. Akhirnya menjadi, aku senang papa merokok karena aku bisa pergi membelikan di warung dan aku dapat jajan, papa juga senang padaku! Sangat menyesatkan!
Walaupun anda tidak terang-terangan mengajarkan anak merokok, tapi secara tidak langsung telah menanamkan pandangan yang positif terhadap kebiasaan merokok. Nggak usah heran kalau di lain waktu, anak akan menawarkan secara sukarela, "Pa, mau aku belikan rokok di warung nggak??". Orang tua telah menciptakan 'generasi pendukung orang tua merokok'. Selamat! :(
Kebiasan buruk lain yang ditularkan adalah menyuruh orang lain melakukan hal yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri. Kalau malas pergi, suruh saja orang lain, gampang kan? Oh ya jangan lupa sogokannya.

Sedikit uneg-uneg saya. Bagaimana kalau menurut anda?

* Image credit: www.johnkaplan.com

No comments:

Post a Comment