Thursday, April 28, 2011

Emosi Sang Mama

Apa pekerjaan yang mampu memunculkan seluruh spektrum emosi manusia?
Jawabannya adalah menjadi seorang ibu (bunda, mama, emak, mami apapun sebutannya).
Mengandung, melahirkan dan membesarkan dan mendidik anak bisa menjadi pekerjaan paling membahagiakan atau paling membuat frustrasi bagi sang perempuan bernama 'mama' ini.


Menjalani hidup sebagai seorang mama dari 2 anak selama 6 tahun terakhir sungguh mengubah hidup dan diri saya dalam begitu banyak sisi. Berjuta pengalaman bisa membuat saya menangis bahagia atau justru karena kesal. Berbagai emosi yang bisa muncul dalam menjalani peran sebagai mama ini sungguh luar biasa luasnya!

Menggunakan roda emosi manusia tentang 8 emosi dasar yang disusun oleh Robert Plutchik (1980), berikut emosi-emosi yang dialami seorang mama:

Joy - Sadness
Bahagia.
Ah, tentunya tak terhitung banyaknya kebahagiaan yang dirasakan seorang ibu, mulai dari saat pertama melihat bayinya yang baru lahir, mendengar kata pertamanya, menyaksikan langkah pertamanya dan berjuta peristiwa bahagia lainnya. Betapa kebahagiaan seorang mama sangat dipengaruhi oleh anak-anak mereka. Menjadi mama membuat seseorang merasakan kebahagiaan yang bahkan di luar dirinya sendiri, yang berasal dari orang lain. Rasa bahagia yang mungkin belum pernah saya rasakan sebelum saya menjadi mama. Kebahagiaan yang sejati.
Sedih.
Banyak pula saat-saat yang membuat mama sedih, seperti saat anak jatuh sakit dan terbaring lemah sambil menangis, hati semua mama jadi berkeping-keping. Rasanya ingin menukar apapun yang dimiliki demi mengakhiri penderitaan anak tercinta. Begitu pula saat menyaksikan anak mengalami kegagalan, meskipun mama paham bahwa hal itu penting bagi proses belajarnya, tidak ada mama yang tega. Apabila anak-anak remaja kita melakukan kesalahan dan membuat pilihan-pilihan yang buruk, mama mana yang tidak sedih, bahkan hancur hatinya.

Trust - Disgust
Rasa percaya.
Hal ini menjadi nyata terutama di tahun-tahun pertama, saat mama dan bayi menjalin dan membangun ikatan diantara mereka. Ibu merasa ingin selalu berada di dekat bayi, ingin memberikan sebanyak mungkin rasa aman yang dibutuhkan bayi. Begitu pun saat bayi mulai besar dan selalu ingin berada dekat mama, ada rasa saling percaya yang demikian kuat satu sama lain, bahwa akan saling 'menemukan' dan merasa nyaman satu sama lain. Saat anak mulai bersekolah atau bahkan kuliah di luar kota, meski rasanya berat melepas anak untuk pertama kalinya menghadapi dunia tanpa anda, tiap mama tahu, jauh di dalam hati kecilnya, di balik air mata dan senyumannya, ada rasa percaya pada sang anak dan bahwa ia telah siap dan terbekali untuk menghadapi dunia ini.
Rasa benci/jijik.
Saat menjadi mama, saya ingin dunia ini menjadi lebih baik, jauh daripada sebelumnya. Naluri keibuan yang kuat senantiasa membangkitkan keinginan kita melindungi sang buah hati. Setelah menjadi mama, saya sungguh jijik (dalam arti yang sebenarnya!), tiap kali harus melihat adanya bayi yang dibuang, anak yang ditelantarkan, kekerasan pada anak, pedofilia, penculikan, trafficking, prostitusi anak, eksploitasi dan berbagai hal buruk yang dialami anak-anak di dunia yang kejam ini. Saya juga membenci segala bentuk kekerasan, bullying, pornografi, kecanduan, penyalahgunaan obat dan semua bentuk kejahatan yang mungkin mempengaruhi anak saya. Mungkin selama saya hidup, belum pernah saya merasakan rasa benci/jijik yang demikan besar terhadap sesuatu hal seperti ini sebelumnya.

Fear - Anger
Rasa takut.
Bisa jadi, emosi inilah yang seringkali mendominasi hati dan pikiran para mama. Rasa takut, kekuatiran akan hal-hal buruk yang bisa dialami/menimpa anak. Kita takut akan segala bentuk sakit-penyakit (virus, bakteri, apapun bentuknya), penyebaran dan wabah penyakit berbahaya, bahkan sejak janin masih di dalam kandungan. Kita takut akan segala bentuk gangguan psikologis yang mungkin dialami anak, takut dan mencemaskan pergaulan anak di sekolah, takut akan pengaruh media bagi anak, takut akan doktrin-doktrin sesat yang beredar, takut akan berita negatif yang terpapar pada anak, takut akan segala kontaminasi dan penggunaan zat-zat berbahaya pada makanan/mainan anak. Semuanya. Semua hal yang bisa menimbulkan bahaya fisik maupun mental bagi anak kita, membuat kita takut. Rasa takut yang sedemikian intens sehingga mampu membuat mama melakukan apa saja untuk berusaha menghindarkannya. Bagi saya, hal ini mendorong saya menjadi manusia yang lebih baik, sejak jadi seorang mama, saya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan saya yang buruk, berusaha menjalani hidup lebih sehat, lebih sabar dan semuanya itu didorong rasa takut akan menjadi panutan yang buruk bagi anak-anak saya.
Marah.
Semua mama rentan menjadi marah, apalagi dengan anak yang terus bertumbuh besar setiap hari dengan tingkah polah mereka yang tidak selalu 'manis'. Balita yang seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi kesabaran mama, belum lagi remaja yang mulai melawan dan rasa-rasanya semakin tidak menghormati mama! Ya ampun! Jujur atau tidak, pada titik tertentu, semua mama pasti pernah merasa marah, dan itu manusiawi, mengingat kita berurusan dengan manusia lain yang sedang berkembang secara fisik, emosional dan intelektual. Di tiap fase berbeda dengan tantangan berbeda sungguh tidak mudah, apalagi kita terlibat secara emosional pada mereka, tak lain adalah karena kita sungguh-sungguh mencintai mereka.

Surprise - Anticipation
Kejutan
Hidup seorang mama tidak pernah lepas dari keterkejutan. Mulai dari pertama bayi sukses berguling, mengucapkan kata "mama", anak berhasil menyanyikan lagu pertamanya, dan semua hal-hal kecil menyenangkan yang menghiasi kehidupan mama. Takjub dengan segala pencapaian anak yang baru, prestasi-prestasinya yang membanggakan bahkan bantuan dan kata-kata tulusnya di saat yang tidak mama harapkan. Terkesima dengan perkembangannya yang begitu menakjubkan, seakan tak percaya dengan semua yang sudah bisa anak lakukan sendiri sekarang, yang terlintas di pikiran justru seperti baru kemarin mama melahirkannya!
Antisipasi.
Antisipasi adalah emosi sahabat para mama. Menjadi mama, membutuhkan kemampuan multitasking yang luar biasa. Ada sebuah iklan di tv yang menggambarkan dengan hal ini. Dikatakan dalam narasinya, "Anda sebagai suster, guru les, juru masak,..dst", sungguh banyak pekerjaan mama! Seorang mama selalu mengantisipasi, apa saja yang mungkin terjadi. 
Bagaimana kalau nanti di jalan Neo muntah ya? Atau bajunya ketumpahan sesuatu? Bagaimana kalau di jalan beberapa kali BAB? Bagaimana kalau tissue basahnya kurang? Jadilah akhirnya si mama pergi menenteng-nenteng tas berat berisi 10 buah popok, 5 pasang baju ganti, 3 bungkus tissue, 4 kain lap dan 1/2 lusin bib! 
Belum termasuk beberapa pilihan kaus kaki, topi dan jaket, kalau-kalau cuaca menjadi dingin! :D
Tidak hanya antisipasi tanpa henti akan pemenuhan kebutuhan fisiknya, bahkan emosional anak. Bagaimana kalau nanti di sekolah dia susah mencari teman ya? Bagaimana kalau nanti anak sedih kalau tahu anjing piaraannya mati ya? Bagaimana nanti kalau di acara dia bosan dan rewel ya? Bagaimana nanti kalau pas aku lagi kerja di kantor dia menangis mencari aku ya? Ratusan pertanyaan berputar-putar di benak mama, semuanya mengarahkan para mama menyiapkan, mengatur dan memastikan semua akan baik-baik saja dan berjalan lancar. Selalu berusaha mengambil satu langkah lebih maju untuk mempersiapkan semuanya bagi anak. Selalu preventif dan selalu berusaha untuk efektif.

Semua bentuk emosi manusia yang dapat terpikirkan, melanda kehidupan seorang mama. Tak terelakkan dan tak terbantahkan. Sungguh istimewa hak yang ku terima untuk menjadi mama. Sesuatu yang tidak ingin saya tukar dengan apapun di dunia ini.

No comments:

Post a Comment